Sejarah dunia sering menyebut Wright Bersaudara sebagai pelopor penerbangan berkat penerbangan mereka tahun 1903. Namun, catatan sejarah mengungkap sosok lain yang jauh lebih awal, Abbas Ibnu Firnas, seorang ilmuwan Muslim dari Andalusia (Spanyol Islam), yang berhasil mengudara dengan pesawat buatannya sendiri pada abad ke-9 Masehi.
Abbas Ibnu Firnas, bernama lengkap Abbas Abu Al-Qasim Ibnu Firnas Ibni Firdaus, lahir di Izn-Rand Onda (kini Ronda, Spanyol) pada tahun 810 M. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Cordoba, salah satu pusat peradaban dan ilmu pengetahuan dunia Muslim saat itu. Sebagai seorang intelektual multidisiplin, Ibnu Firnas menguasai berbagai cabang ilmu, termasuk Matematika, Fisika, Astronomi, dan yang paling menonjol, Aerodinamika.
Ketertarikannya pada dunia terbang bermula dari sebuah peristiwa pada tahun 852 M. Saat itu, ia menyaksikan Armen Firman, seorang pemberani, mencoba menerbangkan pesawat kayu sederhana dengan melompat dari menara Masjid Agung Cordoba. Meskipun percobaan Armen gagal dan hanya menjadi terjun bebas (ia selamat), aksi itu meninggalkan kesan mendalam pada Ibnu Firnas dan memicu minatnya untuk mendalami ilmu aerodinamika.
Penerbangan Bersejarah Tahun 875 M
Setelah mempelajari mekanika penerbangan, Ibnu Firnas merancang dan membangun sendiri pesawat terbangnya. Pada tahun 875 M, atau 23 tahun setelah percobaan Armen Firman, ia mengundang masyarakat Cordoba untuk menyaksikan uji coba bersejarahnya. Pesawatnya terbuat dari kayu, dilengkapi dengan dua sayap yang dirajut dari sutra dan bulu-bulu, meniru prinsip sayap burung.
Dengan keberanian besar dan kesadaran akan risikonya, Ibnu Firnas memilih lokasi yang lebih tinggi dan berpotensi lebih berbahaya dibanding Armen: Bukit Jabal Al-Arus (Bukit Pengantin) di daerah Rusafa, dekat Cordoba. Konon, sebelum melompat, ia sempat mengucapkan kalimat perpisahan sebagai antisipasi terburuk.
Ajaibnya, percobaan itu berhasil! Abbas Ibnu Firnas berhasil meluncur dan mengudara di langit Cordoba, bertahan di udara selama sekitar 10 menit. Ini menjadikannya manusia pertama dalam sejarah yang tercatat melakukan uji coba penerbangan dengan pesawat bersayap yang dikendalikan.
Keberhasilan dan Pelajaran dari Kegagalan Mendarat
Namun, penerbangan bersejarah itu tidak berakhir sempurna. Saat hendak mendarat, Ibnu Firnas mengalami kesulitan mengontrol kecepatan pesawatnya. Desainnya saat itu belum dilengkapi dengan mekanisme untuk memperlambat laju atau menstabilkan pendaratan – fungsi yang di alam dilakukan burung menggunakan ekornya.
Akibatnya, pesawatnya terhempas ke tanah. Ibnu Firnas mengalami cedera serius akibat kecelakaan pendaratan tersebut. Meski menyadari kekurangan desainnya (ketiadaan bagian seperti ekor burung), kondisi kesehatannya yang memburuk pasca insiden menghalanginya untuk membangun dan menguji pesawat versi yang lebih sempurna.

Warisan Sang Pelopor
Abbas Ibnu Firnas meninggal dunia pada tahun 887 M, 12 tahun setelah penerbangan perdananya yang heroik. Meski tidak sempat menyempurnakan penemuannya, percobaan dan gagasannya yang revolusioner menjadi pelajaran berharga dan dasar kajian bagi ilmuwan-ilmuwan penerbangan generasi berikutnya, baik di dunia Islam maupun Barat.
Kontribusinya yang monumental diakui oleh sejarawan Barat, Philip K. Hitti, dalam bukunya “History of the Arabs”. Hitti menempatkan Abbas Ibnu Firnas sebagai salah satu tokoh besar Islam dan manusia pertama dalam sejarah yang melakukan uji coba penerbangan. Kisah Ibnu Firnas mengingatkan dunia akan sumbangsih peradaban Islam, khususnya di Andalusia, dalam memajukan ilmu pengetahuan dan mengejar mimpi manusia untuk terbang, jauh sebelum era modern. Namanya tetap harum sebagai simbol keberanian intelektual dan inovasi yang melampaui zamannya.