Pernah nggak kalian mengamati, di masa sekarang semua bergerak serba cepat, penuh dengan ambisi, dan terburu-buru. Melihat teman kanan kiri satu per-satu punya pencapaiannya masing-masing. Sementara kita yang sudah berusaha dengan maksimal masih seperti ini saja.
Tuntutan dunia yang semakin lama nggak masuk akal, kemudahan informasi yang semakin nggak ada batasnya, branding manusia di media sosial yang terlihat sempurna, dan, ya, hal tersebut jika terpapar terus menerus ke diri kita bisa memicu overthinking alias membuat kita memikirkan sesuatu secara terus menerus dan berlebihan, sehingga menyebabkan produktivitas menurun dan buruknya bisa sampai di tahap depresi.
Apa Itu Mindfulness?
Dari gambaran di atas ada satu hal yang perlu dilakukan, yaitu Mindfulness. Mindfulness adalah kesadaran yang timbul akibat kita secara sengaja membawa perhatian ke saat ini, di sini. Dengan kata lain kita sengaja membawa diri kita untuk menikmati apa yang terjadi sekarang, apa yang sedang kita lakukan, apa yang sedang kita lihat, apa yang sedang kita makan, bahkan bagaimana irama nafas kita, dan apa yang kita dengar.
Terkadang kita terlalu memikirkan banyak hal, menerka banyak kemungkinan yang yang belum tentu terjadi, menyesali segala kekurangan di masa lampau, sampai lupa bahwa sebenarnya sekarang kita juga sedang hidup.
Mindfulness berhubungan erat dengan sikap penerimaan. Dalam kanal YouTube dr. Jiemi Ardian, Sp.Kj menjelaskan tentang Acceptance dalam sikap Mindfulness. Akan ada masa di mana kita mengalami sesuatu yang nggak kita inginkan dan menyakitkan, emosi nggak stabil, sulit untuk berpikir atau mengambil suatu keputusan. Dalam sikap Mindfulness hal paling dasar untuk menghadapi kondisi tersebut adalah menerima.
Apapun dan bagaimanapun perasaannya, kita nggak perlu menghakimi emosi negatif yang datang menghampiri kita. Yang perlu kita lakukan adalah belajar mengenali rasa yang tidak nyaman, menyediakan ruang lebih luas untuk menerima, dan mengizinkan sang sakit untuk menetap sementara.
Realita yang saat ini terjadi dengan realita hari esok tidak pernah sama, ketika emosi dan perasaan kita sedang nggak stabil kita perlu sudut pandang yang lebih segar. Dalam sikap Mindfulness ada sebuah paradoks yaitu Acceptance Precede Change, penerimaan mendahului perubahan. Kadang kita lebih memilih untuk impulsive, ketika menemui keadaan yang tak menyenangkan kita ingin langsung merubahnya dengan cepat.
Logikanya, bagaimana mungkin kita bisa melakukan perubahan tanpa menerima keadaan terlebih dahulu?
Seni Melepaskan dan Letting Be
Dalam sikap Mindfulness, kita perlu melatih kepercayaan diri (Trust). Kita perlu percaya pada diri sendiri bahwa kita mampu dan bisa menemukan jalan, percaya bahwa dengan kejadian ini kita akan banyak belajar dan menjadi berpengalaman. Percaya bahwa setiap orang mempunyai waktu dan ritme jalannya masing-masing, sehingga kita tidak perlu membandingkan diri dengan siapapun. Ingat, kita sedang tidak berkompetisi dengan siapapun.
Sikap Mindfulness juga mengajarkan kita untuk tidak terburu-buru dalam menghadapi sesuatu, kita juga tidak harus berusaha terus menerus. Kadang kala ada waktunya kita ingin melepaskan. Silakan. Let it be. Mungkin akan terasa kurang nyaman, tapi kita perlu menerima juga dengan ramah. That’s okay. Ada beberapa hal dalam hidup yang kerumitannya tidak bisa diurai oleh akal pikiran kita, kita hanya perlu letting be, mengizinkan hal itu untuk sekadar ada.
Kapan Terakhir Kita Benar-Benar Hadir?
Coba ingat-ingat lagi. Kapan terakhir duduk diam sambil menyaksikan kendaraan lewat tanpa distraksi gawai? Kapan terakhir memeperhatikan irama napas? Kapan terakhir menatap langit dengan seksama sambil mendengarkan kicauan burung yang berlalu lalang? Sederhananya, kapan terakhir memperhatikan suara sendok dan piring yang saling beradu saat sedang makan?
Menjadi manusia tenang tidak akan merugikan. Di kehidupan yang serba cepat kita perlu sedikit melambat untuk mencegah diri memberikan respon agresif terhadap keadaan yang tak menyenangkan. Hiduplah untuk sekarang, nikmati semuanya yang tersedia saat ini. Semoga kita lebih mengerti diri sendiri, lebih mencintai diri sendiri dengan baik, dan lebih bahagia tentunya.