Penulis: Firnas Muttaqin
PASURUAN – Dalam khotbah Jumatnya di Masjid Al Kautsar Tapaan, Kota Pasuruan, pada 27 Juni 2025, Ustaz Umar menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya ketakwaan, kejujuran, dan manajemen negara yang adil. Ia menyoroti kekayaan alam Indonesia yang melimpah namun tidak dinikmati secara merata oleh rakyat, serta mengajak jamaah untuk bercermin pada kisah kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Dari Kekayaan Alam ke Kesejahteraan Rakyat
Ustaz Umar memulai ceramahnya dengan menyoroti potensi kekayaan alam Indonesia yang luar biasa. Ia mengklaim bahwa bangsa ini memiliki cadangan tambang yang melimpah, bahkan menguasai 40% kekayaan dunia.
Ia menyebutkan bahwa jika sumber daya alam tersebut dikelola dengan baik—misalnya, dengan model pengelolaan yang ia sebutkan dengan inisial “Bapak Machfud MD”—maka 50% dari pendapatan negara dapat disubsidikan kepada masyarakat setiap bulan.
“Bangsa kita itu sangat amat kaya. Semua tambang itu ada di bangsa dan negeri,” tegasnya.
Namun, ia menyayangkan bahwa kekayaan ini tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan rakyat. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh praktik manipulasi dan korupsi yang marak di kalangan pejabat yang “mendapat jabatan berbuka dan pembatasan di masyarakat.”
Integritas Pemimpin: Belajar dari Umar bin Abdul Aziz

Sebagai solusi dan teladan, Ustaz Umar mengajak jamaah untuk meneladani kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ia mengisahkan momen ketika Umar bin Abdul Aziz menangis saat menerima amanah kepemimpinan, sebuah cerminan rasa tanggung jawab yang besar.
Ustaz Umar menyoroti bagaimana Umar bin Abdul Aziz dengan cepat melakukan reformasi total dalam manajemen negara, termasuk di bidang ketentaraan, kepolisian, dan keuangan. Ia menceritakan anekdot ketika Umar bin Abdul Aziz bahkan “mewarning” istrinya sendiri yang merupakan adik dari pemimpin sebelumnya, menunjukkan ketegasannya dalam memberantas korupsi dan nepotisme.
“Dia tidak makan sebelum rakyatnya makan, tidak kenyang sebelum rakyatnya kenyang,” ujarnya, mengutip peribahasa yang sering disematkan pada pemimpin adil tersebut.
Berkat kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, negara kembali makmur hanya dalam waktu kurang dari dua tahun. Para ulama dikumpulkan untuk menata umat dengan nilai-nilai agama, akhlak, dan kemuliaan, sehingga “kemudaraan bangsa dan negara kita” bisa diatasi.
Kekuatan Doa dan Tanggung Jawab Bersama
Ustaz Umar menutup khotbahnya dengan pesan tentang kekuatan doa dan tanggung jawab kolektif. Ia menegaskan bahwa jika seluruh elemen bangsa—dari pemimpin di tingkat pusat, provinsi, hingga daerah—mau meminta dengan sungguh-sungguh kepada Allah, maka Allah akan membalikkan keadaan bangsa ini.
“Jika memimpin kita dari atas … minta kepada Allah, maka Allah akan membalikkan bangsa yang lain,” katanya, menutup khotbah dengan ajakan untuk kembali pada nilai-nilai ketakwaan dan kejujuran demi kemuliaan bangsa.