Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, ketika arus informasi bergerak cepat dan preferensi generasi muda mengalami pergeseran signifikan, Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Pasuruan menghadirkan sebuah inovasi dalam program kaderisasi. Program ini dinamai KURMA, singkatan dari Kajian Ukhuwah Rutin Milenial Aisyiyah.
KURMA lahir sebagai bentuk adaptasi sekaligus strategi penguatan ideologi dalam format yang lebih segar dan relevan. Dalam perjalanannya, program ini menjadi ruang inspiratif yang ditujukan untuk kader-kader muda Aisyiyah agar bisa terus mempererat ukhuwah, memperkaya wawasan keislaman yang mencerahkan, serta memperkokoh identitas gerakan perempuan Muhammadiyah di era kontemporer.
Berangkat dari kepekaan terhadap dinamika kader muda yang kini hidup di tengah dominasi dunia digital dan budaya serba instan, KURMA dirancang dengan pendekatan yang fleksibel namun tetap berakar pada nilai-nilai ideologis Aisyiyah. Kegiatan ini diselenggarakan secara rutin setiap bulan melalui platform daring Google Meet, menjadikannya sangat mudah diakses oleh siapa pun, kapan pun, dan dari mana pun. Format digital ini juga membuka peluang lebih luas untuk keterlibatan kader lintas wilayah, sekaligus efisien dari sisi logistik dan waktu.
Ketua Majelis Pembinaan Kader PDA Kota Pasuruan, Nurul Mawaridah, M.Pd, menyampaikan bahwa KURMA adalah bentuk refleksi dan jawaban atas realitas makin renggangnya komunikasi antar kader muda di ruang-ruang diskusi ideologis. “KURMA didesain sebagai ruang untuk bertemu dan bertumbuh. Artinya, tidak semata-mata forum belajar biasa, melainkan wadah di mana para kader muda bisa saling menguatkan secara emosional, spiritual, dan intelektual,” ungkapnya.
Pemilihan nama KURMA pun bukan tanpa pertimbangan. Kurma, sebagai buah yang sarat gizi dan sering dijumpai dalam tradisi keislaman, menjadi simbol yang sarat makna. Ia menggambarkan keberkahan, kekuatan, dan nilai-nilai spiritualitas. Dalam konteks program ini, KURMA dimaknai sebagai simbol kesegaran baru dalam kaderisasi Aisyiyah yang tidak terjebak pada metode kaku dan konvensional, tetapi tetap menjaga kedalaman nilai dan ideologi gerakan.
Setiap sesi KURMA menghadirkan narasumber internal yang mumpuni, mulai dari tokoh senior Aisyiyah yang kaya pengalaman, hingga kader muda yang aktif dan kreatif dalam membawa misi gerakan ke berbagai lini kehidupan. Tema-tema yang diangkat pun sangat relevan, seperti penguatan ideologi Muhammadiyah dan Aisyiyah, refleksi keagamaan yang kontekstual, isu-isu keperempuanan dan peran perempuan dalam masyarakat modern, serta tantangan dakwah di dunia digital.
Sesi-sesi kajian ini disusun dengan pendekatan yang komunikatif dan dialogis. Para peserta tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga diajak untuk berpikir kritis, berbagi pandangan, serta menciptakan gagasan-gagasan kreatif yang bisa ditindaklanjuti dalam aksi nyata. Hal ini menjadikan KURMA bukan sekadar kajian pasif, melainkan ruang kolaborasi yang hidup dan produktif.
KURMA ini diharapkan tidak berhenti pada level PDA saja, melainkan diperluas ke jenjang PCA (Pimpinan Cabang Aisyiyah) bahkan hingga ranting. Hal ini dinilai penting untuk menciptakan kesinambungan gerakan di tingkat akar rumput, terutama dalam menyambut era baru dakwah dan kaderisasi yang harus semakin lincah dan inovatif.
Ketua PDA Kota Pasuruan, Hj. drh. Emilis Setyawati pun turut menyambut baik antusiasme kader dan komitmen Majelis Pembinaan Kader dalam merawat semangat dan ideologi generasi muda Aisyiyah.
Harapan besar dari kehadiran KURMA adalah terciptanya komunitas kader muda yang militan secara ideologis, kolaboratif dalam gerakan, serta fleksibel dalam menjawab tantangan zaman. KURMA menjadi tempat di mana kader-kader belajar menyatukan nalar, nurani, dan semangat juang sebagai sebuah karakter khas yang diharapkan tumbuh dalam diri setiap perempuan muda Aisyiyah di masa kini dan masa depan.
Dengan semangat bertemu dan bertumbuh, KURMA menjadi bukti bahwa Aisyiyah tidak pernah kehilangan arah dalam kaderisasi. Justru sebaliknya, terus berinovasi agar gerakan perempuan Islam berkemajuan ini tetap relevan dan berdampak nyata di tengah masyarakat.