Wali Kota Pasuruan, Adi Wibowo, memimpin acara istighosah dan doa bersama bertajuk “Jogo Kota Pasuruan Aman” yang digelar di depan kantor Wali Kota, Senin 13/10/2025. Acara yang dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat ini tidak hanya menjadi ikhtiar spiritual, tetapi juga platform politik kebersamaan, menegaskan sinergi antara pemerintah daerah, ulama, dan seluruh organisasi kemasyarakatan.
Nampak hadir jajaran Forkopimda, Ketua DPRD, perwakilan ulama dari NU dan Muhammadiyah, hingga perangkat RT/RW. Ini melambangkan guyub rukun (kebersamaan) seluruh lapisan masyarakat Pasuruan.
Keamanan sebagai Tanggung Jawab Kolektif
Dalam sambutannya, Wali Kota Adi Wibowo menekankan bahwa keharmonisan yang terjalin di Pasuruan adalah warisan luhur dari para kiai dan habaib, yang menjadikan Pasuruan dikenal sebagai Kota Santri. Ia secara tegas menyatakan bahwa tantangan menjaga kondusivitas kota bukan semata-mata tanggung jawab aparat penegak hukum, melainkan tanggung jawab kolektif seluruh warga.
“Keamanan dan ketertiban bukan hanya menjadi tanggung jawab aparat semata, tapi tentu menjadi tanggung jawab kita semuanya. Kalau masing-masing individu mampu istiqomah, insya Allah kesalehan ini akan termanifestasikan menjadi kekuatan sosial di Kota Pasuruan,” jelas Wali Kota, seraya berharap cita-cita ‘Kota Santri yang berakhlakul karimah’ terwujud.
Wali Kota juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh ormas Islam—termasuk PCNU, Pimpinan Daerah Muhammadiyah, LDII, dan Al-Irsad—yang memiliki komitmen kuat untuk menjaga persatuan.
Muhammadiyah: Istighosah sebagai Kearifan Lokal
Menanggapi inisiatif ini, Ketua Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Kota Pasuruan, Ustaz Abu Nasir, menilai kegiatan istighosah dan doa bersama sebagai “bagian kearifan lokal” yang positif dan patut dilestarikan.
Menurut Ustaz Abu Nasir, pola semacam ini adalah instrumen penting untuk “merajut kembali hal-hal yang retak” di antara hubungan masyarakat, terutama dalam mengatasi isu-isu sosial dan potensi konflik antar kelompok. Dari sudut pandang muamalah (hubungan sosial keagamaan), Muhammadiyah melihat inisiatif ini sebagai kewajiban bersama untuk menjaga kondisifitas, keamanan, dan harmoni sosial.
“Kami melihatnya dari sudut pandang muamalah, di mana kita memiliki wajib bersama untuk menjaga kondisifitas, keamanan, ketentraman, serta harmoni sosial. Jadi ini memang sangat diperlukan dan positif,” ujar Abu Nasir.
Kedudukan Ormas yang Sejajar (Equal)
Ustaz Abu Nasir juga mengapresiasi kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Pasuruan yang telah memposisikan semua ormas Islam dalam kedudukan equal atau sejajar. “Pemerintah telah memposisikan semua ormas Islam, ormas manapun di Pasuruan ini, dalam posisi sejajar. Muhammadiyah, PCNU, Al-Irsyad, LDII, semuanya bisa bersama-sama semata-mata untuk membangun Kota Pasuruan supaya lebih baik.” Hal ini tentu menegaskan komitmen Muhammadiyah untuk terus terlibat aktif dalam berbagai event Pemkot.
Peringatan Hari Santri
Mengenai peringatan Hari Santri, Muhammadiyah menyatakan siap mendukung dan terlibat jika dilibatkan oleh Pemkot. Secara internal, Muhammadiyah Kota Pasuruan biasanya memusatkan agenda Hari Santri di Pondok Pesantren, seperti di Pesantren Entrepreneur Almaun Muhammadiyah (SPEAM), dengan mengadakan apel dan upacara yang bernuansa santri.
Acara istighosah kemudian diakhiri dengan pembacaan doa yang penuh hikmat, menegaskan bahwa sinergi spiritual dan sosial antara Pemkot dan masyarakat adalah strategi utama Pasuruan dalam mengukuhkan identitasnya sebagai kota yang berakhlak dan aman.