• Kabar
  • Fakta Islam
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Video

Topik Populer

  • Palestina
  • Dakwah
  • Perang Dagang

Ikuti kami

  • 12.8k Fans
  • 1.3k Followers
  • 2.4k Followers
  • 7.1k Subscribers
Pasmu
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
KONTRIBUSI
ArtMagz
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • Kabar
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Islam
  • AUM
Home Sejarah

Ditemukan 1.200 Tahun Lalu, tapi Karyanya jadi Fondasi TikTok, AI, dan Cryptocurrency! Siapa Dia?

Marjoko oleh Marjoko
29 Mei 2025
in Sejarah
0
1
SHARES
2
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Seorang pria bernama Al Khawarizmi seorang Persia, seorang Muslim Persia di Kekhilafahan Islam memutuskan untuk mulai fokus pada matematika Hindu. Al Khawarizmi menciptakan aljabar dengan angka Arab. Jadi, jika Anda mengerjakan matematika, ingatlah untuk berterima kasih kepada Al Khawarizmi karena Anda tidak menggunakan sebuah abecus (sempoa adalah alat hitung kuno yang digunakan untuk melakukan operasi matematika)untuk mengerjakan angka Romawi yang tidak mungkin dilakukan. Dr. Roy Casagranda

Awal Perkembangan Matematika di Peradaban Kuno

Sekitar tahun 3000 sebelum Masehi di tepi sungai Nil, bangsa Mesir kuno menggunakan untuk mengukur tanah, membangun puncak, dan menghitung pajak. Mereka telah operasi dasar seperti penjumlahan, perkalian, dan yang tercatat dalam papirus Rin sekitar 1650 sebelum Masehi. Namun pada saat itu, sistem bilangan mereka masih terbatas tanpa mengenal konsep nol dan desimal. 1000 tahun kemudian, sekitar 2000 tahun sebelum Masehi di tanah Babilonia, para ahli matematika telah melangkah lebih jauh. Mereka menggunakan sistem bilangan berbasis 60 atau seksagesimal. Sistem ini memungkinkan matematikawan menggunakan seluruh bulatan yang menghasilkan perhitungan yang tepat. Ini diketahui dari tablet tanah liat yang berasal dari tahun 1822 sampai 1762 sebelum Masehi, menunjukkan bahwa mereka telah memahami konsep persamaan kuadrat dan akar kuadrat meskipun belum memiliki metode sistematis untuk menyelesaikannya. Jika sebelumnya matematika lebih digunakan secara praktis untuk menghitung luas, membangun sesuatu, atau membuat kalender, maka pada abad ke-6 sebelum Masehi, Yunani kuno mulai membawa matematika ke arah yang lebih abstrak dan teoritis, menjadikan matematika sebagai disiplin yang lebih filosofis berbasis konsep serta untuk mencari kebenaran fundamental. Di sini, Tales dan Pythagoras mempelajari hubungan antara bilangan dan geometri, sedangkan Yuklid pada sekitar 300 sebelum Masehi menulis Elements, sebuah buku geometri yang tetap menjadi referensi selama lebih dari 2000 tahun. Di masa yang sama, Arkimedes mengembangkan konsep integral sederhana dan menghitung volume benda melengkung jauh sebelum kalkulus ditemukan.

Terobosan Matematika di India: Munculnya Nol dan Desimal

Revolusi besar dalam dunia matematika pun terjadi di India sekitar abad ke-5 Masehi. Seorang matematikawan bernama Arya Bhata (sekitar tahun 476–550 Masehi) memperkenalkan sistem bilangan desimal dan penggunaan angka nol, yang kemudian disempurnakan oleh Brahmagupta (sekitar tahun 598–668 Masehi). Konsep nol ini menjadi elemen kunci dalam komputasi modern, tetapi pada masa itu belum banyak yang menyadari potensinya.

Zaman Keemasan Islam dan Lahirnya Alkhawarizmi

Pada tahun 780 Masehi, saat ilmu pengetahuan sedang berkembang pesat di bawah perlindungan Khalifah Abbasiyah di Bagdad, Muhammad Ibnu Musa Al Khawarizmi lahir di wilayah Khwarezm (yang saat ini menjadi Khiva, Uzbekistan). Nama Al Khawarizmi sendiri menunjukkan asal-usulnya dari kota ini, yang saat itu merupakan bagian dari kekhalifahan Abbasiyah. Tidak banyak catatan tentang masa kecil Al Khawarizmi, tetapi dipercaya bahwa ia tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan budaya dan ilmu pengetahuan. Pada abad ke-8, dunia Islam sedang mengalami zaman keemasan di mana ilmu pengetahuan, filsafat, dan sastra berkembang pesat. Baghdad menjadi pusat intelektual dunia dengan berdirinya Bait Alhikmah (Rumah Kebijaksanaan), sebuah lembaga penelitian dan perpustakaan yang didukung oleh Khalifah Harun Al-Rasyid dan anaknya Al-Ma’mun. Sebagai seorang cendekiawan muda yang haus ilmu, Al Khawarizmi kemungkinan besar mendapatkan pendidikan dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk matematika, astronomi, geografi, dan dokumentasi. Ia juga mempelajari karya-karya Yunani, India, dan Persia yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Related Post

Foto: The Independent

Perempuan dan Kehidupan Publik: antara Martabat, Peran, dan Tantangan Zaman

28 Mei 2025

Masa Keemasan Islam: Kontribusi Kedokteran dan Warisan Al-Razi yang Menginspirasi Dunia

28 Mei 2025

Pertumbuhan Umat Muslim di Italia: Antara Tantangan dan Daya Tahan

24 Mei 2025

Alkhawarizmi dan Lahirnya Aljabar

Sekitar awal abad ke-9, di usia ke-20 tahun, Al Khawarizmi mulai bekerja di Bait Alhikmah di Baghdad. Lembaga ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat penerjemahan manuskrip klasik dari Yunani, India, dan Persia, tetapi juga sebagai tempat penelitian bagi para ilmuwan Muslim. Di bawah perlindungan Khalifah Al-Ma’mun, Al Khawarizmi berkembang menjadi seorang ahli matematika, astronomi, dan geografi. Ia menulis karya-karya penting yang tidak hanya memperkenalkan aljabar sebagai cabang matematika baru, tetapi juga berkontribusi dalam bidang astronomi dan kartografi. Karya Al Khawarizmi yang paling terkenal adalah Al-Kitab Al-Mukhtasar fi Hisab Al-Jabr wal-Muqabalah, yang memperkenalkan metode sistematis untuk menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat—yang kemudian dikenal sebagai aljabar. Selain itu, ia juga menyusun tabel astronomi dan peta dunia yang lebih akurat dibandingkan dengan peta sebelumnya.

Kontribusi Alkhawarizmi dalam Astronomi, Geografi, dan Sistem Bilangan

Pada abad ke-9, Al Khawarizmi merevolusi dunia matematika dengan konsep aljabar. Aljabar sendiri memiliki arti “menyusun kembali” (al-jabr) dan “muqabala” yang berarti keseimbangan. Ia berhasil menggabungkan konsep-konsep geometri dari matematika Yunani kuno ke dalam matematika baru. Konsep tersebut memungkinkan bilangan rasional, irasional, dan bilangan lain diintegrasikan sebagai objek-objek aljabar. Konsep tersebut masih digunakan dalam berbagai cabang ilmu saat ini. Ia mengembangkan metode untuk menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat, yang menjadi dasar perkembangan matematika modern. Melalui karyanya, Al Khawarizmi tidak hanya menjadi pionir dalam dunia matematika, tetapi juga membuka jalan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam dan Eropa pada abad-abad berikutnya.

Penyebaran Ilmu Alkhawarizmi ke Dunia Barat

Al Khawarizmi juga berkontribusi dalam bidang astronomi, geografi, dan trigonometri. Ia menyusun tabel trigonometri yang lebih akurat, menghitung garis bujur bumi, dan memperkenalkan angka-angka India kepada dunia Islam—yang kemudian berkembang menjadi sistem angka yang kita gunakan saat ini. Pemikirannya tidak hanya memengaruhi dunia Islam, tetapi juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, membawa aljabar ke dunia Barat dan menjadi inspirasi bagi matematika di era Renaissance. Seiring berjalannya waktu, notasi dalam aljabar mulai berkembang. Matematikawan seperti Francois Viète dan René Descartes memperkenalkan penggunaan simbol-simbol seperti *x* untuk merepresentasikan variabel dalam persamaan. Dengan pendekatan ini, aljabar menjadi lebih fleksibel dan dapat digunakan dalam berbagai situasi, mulai dari penyelesaian masalah sederhana hingga komputasi kompleks dalam fisika dan teknik.

Algoritma: Warisan Nama yang Mengubah Dunia Komputasi

Al Khawarizmi tidak hanya mengubah matematika di zamannya, tetapi membuka jalan bagi ilmuwan Eropa di masa depan. Karya-karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12, menjadi fondasi bagi perkembangan matematika di Eropa pada masa Renaisans. Tanpa aljabar dan algoritma yang ia perkenalkan, mungkin kita tidak akan mengenal teknologi komputer dan kecerdasan buatan seperti sekarang. Dari Mesir hingga India, dari Yunani hingga Baghdad, dan akhirnya ke seluruh dunia, matematika telah melewati perjalanan panjang. Namun, salah satu titik balik terbesarnya terjadi di tangan seorang ilmuwan bernama Al Khawarizmi, yang dengan aljabarnya telah mengubah cara manusia berpikir tentang angka, persamaan, dan dunia di sekitarnya.

Relevansi Aljabar dalam Dunia Modern

Saat ini, aljabar menjadi alat penting dalam berbagai bidang—tidak hanya sebagai bidang dasar matematika, tetapi juga sebagai fondasi bagi perkembangan teknologi modern. Kita mengenal istilah algoritma yang berasal dari nama Al Khawarizmi. Dalam bahasa Latin, namanya dieja sebagai Algoritmi, yang kemudian berkembang menjadi istilah algoritmus dalam bahasa Latin abad pertengahan, merujuk pada aturan perhitungan menggunakan angka Arab. Dari situ, istilah tersebut menjadi algorithm dalam bahasa Inggris dan algoritma dalam bahasa Indonesia. Seiring waktu, maknanya berkembang menjadi prosedur atau serangkaian langkah sistematis dalam pemecahan masalah—yang kita kenal sekarang sebagai algoritma dalam matematika dan ilmu komputer.

Aljabar di Era Modern: Fondasi AI, Crypto, dan Ekonomi Digital

Dalam dunia ekonomi dan keuangan, rumus yang berasal dari konsep aljabar digunakan untuk menghitung bunga majemuk, memodelkan analisis investasi, serta melakukan statistik. Metode pengambilan keputusan bisnis berbasis aljabar seperti regresi linear menjadi alat utama dalam analisis pasar, prediksi tren ekonomi, dan penilaian kredit. Di bidang teknologi, aljabar linear menjadi tulang punggung dalam pengolahan data, kecerdasan buatan, dan grafik komputer. Jaringan saraf tiruan yang menjadi dasar bagi machine learning dan AI sangat bergantung pada operasi matriks dan vektor dalam aljabar linear. Teknik seperti Singular Value Decomposition (SVD) digunakan dalam kompresi gambar dan sistem rekomendasi, sementara algoritma berbasis aljabar seperti Fast Fourier Transform (FFT) berperan dalam pengolahan sinyal digital.

Misteri Akhir: Wafatnya Sang Legenda Tahun 850 M

Muhammad ibn Musa Al Khawarizmi menghembuskan napas terakhirnya di Baghdad pada tahun 850 Masehi. Ia meninggalkan warisan ilmu yang berdampak besar bagi dunia. Karyanya dalam aljabar, aritmetika, dan geografi menjadi fondasi bagi perkembangan matematika dan sains modern. Konsep aljabar yang diperkenalkannya dalam Al-Kitab Al-Mukhtasar fi Hisab Al-Jabr wal-Muqabalah tidak hanya menjadi dasar bagi matematika di dunia Islam, tetapi juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12, memungkinkan pemikir Eropa seperti Fibonacci untuk mengembangkan lebih lanjut konsep ini. Salah satu warisan terbesarnya adalah sistem angka Hindu-Arab yang menggantikan sistem angka Romawi dan menjadi standar global.

Dampak Tak Terbantahkan: Mengapa Dunia Berutang Budi pada Al-Khwarizmi?

Dampak penemuannya terasa dalam berbagai bidang: dalam matematika, teori aljabar membuka jalan bagi penelitian teori bilangan dan geometri analitik; dalam ilmu komputer, istilah algoritma berasal dari latinisasi namanya (Algoritmi); dalam astronomi, tabel trigonometrinya menjadi referensi penting bagi ilmuwan seperti Kopernikus; bahkan dalam ekonomi modern, prinsip aljabar digunakan dalam kriptografi dan AI serta media sosial seperti TIK TOK. Warisannya terus berkembang, membentuk fondasi bagi teknologi seperti pemrograman komputer, simulasi fisika, dan kecerdasan buatan. Tanpanya, perkembangan ilmu pengetahuan mungkin tidak akan sepesat sekarang. Ia tidak hanya seorang matematikawan, tetapi juga pemikir visioner yang inovasinya tetap relevan hingga hari ini.

“Jika kamu memiliki akhlak, maka kamu adalah angka 1. Jika kamu juga cantik, tambahkan 0, kamu jadi 10. Jika kamu juga kaya, tambahkan 0 lagi, jadi 100. Jika kamu juga cerdas, tambahkan 0 lagi, jadi 1000. Tapi jika kamu tidak punya akhlak, maka kamu hanyalah 0 di mata manusia.”
— Diatributkan kepada Al-Khwarizmi

Donation

Buy author a coffee

Donate
Topik: cendekiawan islamilmuwan muslimislammasa ke emasansejarah
ShareTweetShare
Marjoko

Marjoko

Related Posts

Foto: The Independent
Opini

Perempuan dan Kehidupan Publik: antara Martabat, Peran, dan Tantangan Zaman

oleh Nurul Mawaridah
28 Mei 2025
Sejarah

Masa Keemasan Islam: Kontribusi Kedokteran dan Warisan Al-Razi yang Menginspirasi Dunia

oleh Marjoko
28 Mei 2025
Opini

Pertumbuhan Umat Muslim di Italia: Antara Tantangan dan Daya Tahan

oleh Marjoko
24 Mei 2025
Next Post
Foto: Nafis

Perkuat Peran sebagai Media Online, Pasmu.id Fokus pada SDM dan Branding

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Alka Band Pembuka Acara Silaturahim Balappan 2025

11 Mei 2025

Diskusi Sambil Ngopi, Majelis Pustaka dan Informasi Bersama AMM Lahirkan Platform Digital “PasMU”

9 Mei 2025
Foto: Wali Kota Pasuruan menyampaikan sambutan di Balappan 2025

Sambutan Walikota Pasuruan Adi Wibowo dalam Sinergi Membangun Kota Pasuruan bersama Muhammadiyah

11 Mei 2025
Foto: Pak Muhadjir Effendy menjadi narasumber di acara Balappan 2025

Membangun SDM Jadi Kunci Utama Majukan Kota Pasuruan, Muhadjir Effendy: Guru Tak Tergantikan oleh AI

11 Mei 2025
Foto: Nafis

Perkuat Peran sebagai Media Online, Pasmu.id Fokus pada SDM dan Branding

29 Mei 2025

Ditemukan 1.200 Tahun Lalu, tapi Karyanya jadi Fondasi TikTok, AI, dan Cryptocurrency! Siapa Dia?

29 Mei 2025
Foto: Getty Image/The Independent

Perempuan Versus Patriarki dalam Frame Islam Berkemajuan

28 Mei 2025
Foto: The Independent

Perempuan dan Kehidupan Publik: antara Martabat, Peran, dan Tantangan Zaman

28 Mei 2025

© 2025 PasMu - Media Pencerahan

Navigate Site

  • Home
  • Privacy Policy
  • Tentang Kami

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

PasMU cerdas

PasMU Cerdas adalah kecerdasan buatan (AI) yang siap membantu kamu menjawab pertanyaan seputar Islam. Tapi perlu diketahui bahwa jawaban yang kami berikan belum tentu 100% benar.

No Result
View All Result
  • Kabar
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Islam
  • AUM

© 2025 PasMu - Media Pencerahan