• Kabar
  • Fakta Islam
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Video

Topik Populer

  • Palestina
  • Dakwah
  • Perang Dagang

Ikuti kami

  • 12.8k Fans
  • 1.3k Followers
  • 2.4k Followers
  • 7.1k Subscribers
Pasmu
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
KONTRIBUSI
ArtMagz
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • Kabar
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Islam
  • Khutbah
Home Opini

Menulislah, maka Kau Ada Dua Kali

Nurul Mawaridah oleh Nurul Mawaridah
6 Juni 2025
in Opini
0
Foto: Nurul Mawaridah

Foto: Nurul Mawaridah

0
SHARES
1
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

“Menulislah, maka kau ada dua kali.” Kalimat legendaris dari Pramoedya Ananta Toer ini menggema bukan hanya dalam ruang-ruang sastra, tetapi juga dalam keheningan para pencinta ilmu. Ia tak hanya menggugah jiwa kreatif, tetapi juga membangunkan kesadaran spiritual bahwa menulis bukan sekadar meninggalkan jejak di dunia, tapi juga bisa menjadi amal yang tak pernah mati.

Dalam Islam, aktivitas menulis mendapatkan tempat yang sangat mulia. Ia adalah perpanjangan dari perintah membaca. Ketika wahyu pertama turun kepada Rasulullah Muhammad ﷺ, kata pertama yang disebutkan oleh Allah ﷻ adalah “Iqra'”. Firman-Nya dalam QS. Al-‘Alaq ayat 1:

“Iqra’ bismi rabbikalladzi khalaq” yang artinya Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.

Ayat ini bukan hanya perintah membaca dalam arti harfiah, tetapi juga seruan untuk menyerap, merenung, dan menyampaikan ulang. Dalam konteks ini, menulis adalah wujud refleksi mendalam dari aktivitas membaca yang aktif. Ia menjadi wahana untuk mendistribusikan pengetahuan, menyebarkan nilai, dan membangun peradaban.

Related Post

Foto: Ustaz Anang Abdul Malik/SPEAM

Khutbah Idul Adha 1446 H: Kepatuhan Melaksanakan Perintah Allah adalah Prioritas Orang-Orang yang Beriman

6 Juni 2025

Noise vs Voice: Demokrasi atau Distraksi?

4 Juni 2025

Kesinambungan Nilai Ibadah Qurban dan Implementasi Keadilan Sosial

4 Juni 2025

Haji Furoda, Bayar Lebih Belum Tentu Ber-Haji!

3 Juni 2025 - Updated On 4 Juni 2025

Rasulullah SAW bersabda:

“Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Hadis ini memperjelas posisi ilmu sebagai amal jariyah. Ilmu yang dibukukan dalam tulisan dan disebarluaskan akan terus memberi manfaat bahkan saat sang penulis telah berpulang. Satu tulisan sederhana bisa jadi pemicu perubahan besar dalam hidup seseorang.

Pena adalah Amanah

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Qalam ayat 1:

“Nun. Demi pena dan apa yang mereka tulis.”

Hal ini menunjukkan betapa agungnya alat tulis dan aktivitas menulis itu sendiri. Pena dalam ayat ini melambangkan ilmu, kebijaksanaan, dan tanggung jawab. Bukan sembarang pena, tapi pena yang digunakan untuk mencatat kebaikan, mengingatkan, dan memperbaiki.

Menulis, dalam pandangan Islam, bukan untuk gagah-gagahan, apalagi untuk menyebar kebencian. Ia adalah tanggung jawab besar. Setiap kata akan dihisab. Maka menulislah dengan hati, bukan dengan ego.

Sejarah Islam penuh dengan nama-nama besar yang tak hanya mengajar, tetapi juga menulis. Imam Syafi’i, Imam Al-Ghazali, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, dan Syaikh Nawawi Al-Bantani adalah contoh ulama yang membuktikan bahwa tulisan bisa membuat kita hadir dua kali di dunia: sekali sebagai pribadi, dan kedua sebagai warisan intelektual yang hidup dalam naskah dan hati manusia. Karya-karyanya terus dibaca hingga hari ini. Inilah bentuk abadi dari amal ilmu yang tak pernah mati.

Menulis menjadikan seorang insan bukan hanya murid zaman, tetapi juga guru lintas abad. Dan ini sejalan dengan sabda Rasulullah:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.”

Menulis sebagai Tanda Syukur dan Jalan Ibadah

Ilmu yang tidak dibagikan ibarat air yang menggenang tidak mengalir, tidak menyuburkan, bahkan bisa menjadi sumber penyakit. Maka menulis adalah bentuk syukur atas nikmat ilmu yang telah Allah anugerahkan. Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan, “Wa amma bini’mati rabbika fahaddits” (Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)) [QS. Ad-Dhuha: 11]. Jika kita diberi pemahaman, pengalaman, atau hikmah dari sebuah peristiwa hidup, maka abadikanlah dalam tulisan agar menjadi pelajaran bagi orang lain. Ini adalah cara bersyukur yang nyata tidak hanya dalam lisan, tetapi juga perbuatan yang menginspirasi.

Menulis bukan semata-mata aktivitas duniawi, tetapi bisa menjadi jalan dakwah. Dakwah hari ini tidak terbatas pada mimbar atau podium. Di era digital, menulis menjadi sarana strategis untuk menyampaikan nilai-nilai kebenaran. Dari balik layar ponsel atau lembar digital, tulisan bisa menjangkau hati yang jauh, mengetuk nurani yang lama tertidur. Ketika sebuah artikel, puisi, refleksi, atau cerpen ditulis dengan keikhlasan dan niat karena Allah, ia bisa menjadi jembatan hidayah. Bahkan, dalam kondisi tertentu, tulisan lebih efektif daripada ceramah. Ia bisa dibaca kapan saja, di mana saja, dan bisa dibagikan berkali-kali tanpa batas ruang dan waktu.

Setiap jari akan ditanya, demikian pula jari yang kita gunakan untuk menulis atau mengetik. Maka gunakanlah untuk menyampaikan kebaikan, mengetikkan hikmah, dan menyebarkan nilai-nilai tauhid. Menulis adalah amanah. Ia bukan sekadar menumpahkan isi pikiran, tetapi juga membangun narasi kebaikan. Di tengah derasnya arus informasi dan maraknya narasi sesat, kita tidak bisa tinggal diam. Menulis menjadi bagian dari jihad intelektual bukan untuk menggurui atau menyerang, tetapi untuk membentengi akidah, membangun peradaban, dan mengajak manusia kembali kepada cahaya.

Menulislah sebagai tanda syukur.

Menulislah sebagai bentuk cinta pada ilmu.

Menulislah sebagai cara merawat jiwa dan membangun peradaban.

Jadikan setiap huruf sebagai doa, setiap paragraf sebagai amal, dan setiap tulisan sebagai wakaf pemikiran. Karena kelak, tulisan-tulisan itu akan bersaksi.

“Write for the soul. Write for the ummah.”

Donation

Buy author a coffee

Donate
Topik: dakwahislamliterasimenulismuhammadiyah
ShareTweetShare
Nurul Mawaridah

Nurul Mawaridah

Related Posts

Foto: Ustaz Anang Abdul Malik/SPEAM
Khutbah

Khutbah Idul Adha 1446 H: Kepatuhan Melaksanakan Perintah Allah adalah Prioritas Orang-Orang yang Beriman

oleh PasMu Media
6 Juni 2025
Opini

Noise vs Voice: Demokrasi atau Distraksi?

oleh Nurul Mawaridah
4 Juni 2025
Image Google
Opini

Kesinambungan Nilai Ibadah Qurban dan Implementasi Keadilan Sosial

oleh Wildan Miftahul Ilmi
4 Juni 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Muhammadiyah Kota Pasuruan Siap Gelar Sholat Idul Adha, Ketahui Lokasi Sholat Terdekatmu

29 Mei 2025 - Updated On 30 Mei 2025

Alka Band Pembuka Acara Silaturahim Balappan 2025

11 Mei 2025

Guncang GOR Pasuruan! Penampilan Perdana Tim Drum Band SD Al Kautsar Langsung Borong Juara

1 Juni 2025

Diskusi Sambil Ngopi, Majelis Pustaka dan Informasi Bersama AMM Lahirkan Platform Digital “PasMU”

9 Mei 2025
Foto: Nurul Mawaridah

Menulislah, maka Kau Ada Dua Kali

6 Juni 2025

Bukan Sekadar Sembelihan! Drs. Selamet Suharto Ungkap Dimensi Rahasia di Balik Qurban

6 Juni 2025
Foto: Ustaz Anang Abdul Malik/SPEAM

Khutbah Idul Adha 1446 H: Kepatuhan Melaksanakan Perintah Allah adalah Prioritas Orang-Orang yang Beriman

6 Juni 2025

AI Canggih, SDM Rendah, Neraka Jadi Bahan Candaan

4 Juni 2025

© 2025 PasMu - Media Pencerahan

Navigate Site

  • Home
  • Privacy Policy
  • Tentang Kami

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

PasMU cerdas

PasMU Cerdas adalah kecerdasan buatan (AI) yang siap membantu kamu menjawab pertanyaan seputar Islam. Tapi perlu diketahui bahwa jawaban yang kami berikan belum tentu 100% benar.

No Result
View All Result
  • Kabar
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Islam
  • Khutbah

© 2025 PasMu - Media Pencerahan