Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) merupakan dua organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memainkan peran penting dalam sejarah perjuangan bangsa. Masing-masing memiliki latar belakang sejarah yang unik dan pendekatan yang bervariasi, meskipun keduanya mengusung visi yang sama, yaitu memajukan Islam serta bangsanya.
Sayangnya, sering kali muncul stigma yang berbeda-beda yang menyoroti perbedaan dalam tujuan mereka. Hal ini biasanya dipicu oleh perbedaan dalam tafsir ajaran Islam, sejarah, serta metode dakwah masing-masing organisasi.
Mengapa Stigma Perbedaan Terus Bertahan?
Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan stigma antara Muhammadiyah dan NU terus bertahan, antara lain:
• Perbedaan Pendekatan: Muhammadiyah lebih menekankan pada pembaharuan dan modernisasi Islam, sementara NU lebih menekankan pada tradisi dan kearifan lokal.
• Interpretasi Ajaran Islam: Perbedaan dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam menjadi salah satu pemicu munculnya perbedaan pandangan.
• Persaingan Politik: Persaingan politik yang melibatkan kedua organisasi ini seringkali memperkuat stigma perbedaan.
• Media Massa: Media massa seringkali menyajikan berita yang memperbesar perbedaan dan persamaan, sehingga memperkuat stigma yang ada.
• Faktor Historis: Sejarah panjang kedua organisasi, dengan berbagai dinamika internal dan eksternal, ikut membentuk persepsi dan stigma yang ada.
•Stereotipe (Penilaian yang tidak seimbang): Adanya stereotipe yang melekat pada masing-masing organisasi, baik yang positif maupun negatif, juga ikut memperkuat stigma perbedaan.
Memahami Persamaan yang Lebih Besar Jauh Lebih Penting

Meski terdapat perbedaan yang jelas antara keduanya, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) sesungguhnya memiliki banyak kesamaan. Keduanya berupaya untuk memajukan Islam serta memperkuat bangsa Indonesia. Selain itu, kedua organisasi ini menunjukkan komitmen yang mendalam terhadap nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan sikap moderat. Kesamaan-kesamaan tersebut menjadi pondasi yang kokoh untuk mempererat kerjasama yang lebih baik di masa mendatang.
Upaya Menghilangkan Stigma
Untuk menghilangkan stigma perbedaan antara Muhammadiyah dan NU, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:
• Peningkatan Komunikasi dan Dialog: Membuka ruang dialog yang lebih luas antara kedua organisasi, baik di tingkat pimpinan maupun di tingkat akar rumput. Dialog yang intens dapat membangun saling pengertian dan mengurangi kesalahpahaman.
• Fokus pada Persamaan: Menekankan pada kesamaan tujuan dan nilai-nilai yang dianut oleh kedua organisasi. Dengan cara ini, persamaan yang jauh lebih banyak daripada perbedaan akan menjadi sorotan utama.
• Kerja Sama Konkret: Meningkatkan kerja sama dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, sosial, dan ekonomi. Kerja sama yang nyata dapat menunjukkan bahwa kedua organisasi memiliki visi yang sama dalam membangun masyarakat yang lebih baik.
• Pendidikan Moderasi Beragama: Menanamkan nilai-nilai moderasi beragama kepada anggota seluruh kedua organisasi. Pendidikan moderasi dapat membantu mengurangi sikap ekstrem dan intoleransi.
• Peran Media: Media massa dapat berperan penting dalam membangun narasi positif tentang hubungan antara Muhammadiyah dan NU. Media dapat menyajikan berita yang objektif dan seimbang, serta mempromosikan nilai-nilai persatuan.
• Penguatan Literasi Digital: Meningkatkan literasi digital masyarakat untuk menangkal hoaks dan berita bohong yang seringkali memicu konflik.
Contoh Kerja Sama Nyata Muhammadiyah dan NU
Kedua Ormas ini juga mempunyai kerja Nyata di Indonesia maupun di dunia baik dari Penanggulangan Bencana, pendidikan, Kesehatan, bahkan Pemberdayaan Masyarakat.
Penanggulangan Bencana Alam adalah salah satu contoh bahwa Kedua organisasi seringkali bekerja sama dalam memberikan bantuan kepada korban bencana alam, menunjukkan solidaritas yang tinggi. Berbicara soal Pendidikan, Banyak lembaga pendidikan yang didirikan oleh Muhammadiyah dan NU bekerja sama dalam mengembangkan kurikulum dan program pembelajaran, menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berakhlak mulia.
Begitu juga Kesehatan, Keduanya memiliki rumah sakit dan puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, menunjukkan kepedulian terhadap kesehatan masyarakat. Serta Pemberdayaan Masyarakat, Banyak program pemberdayaan masyarakat yang dijalankan bersama oleh Muhammadiyah dan NU, seperti pembangunan infrastruktur, peningkatan ekonomi masyarakat, dan pemberdayaan perempuan.
Kutipan Tokoh Besar
• KH. Ahmad Dahlan: “Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam.” Kalimat ini menegaskan bahwa Islam mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan.
• KH. Hasyim Asy’ari : “Persatuan umat adalah kekuatan yang tidak terkalahkan.” Kalimat ini menekankan pentingnya persatuan umat Islam dalam menghadapi berbagai tantangan.
• KH. Mustofa Bisri: “Muhammadiyah dan NU adalah dua saudara kandung yang berbeda sifat, tetapi memiliki satu tujuan yang sama, yaitu memajukan Islam dan bangsa Indonesia.” Kalimat ini menggambarkan hubungan erat antara Muhammadiyah dan NU meskipun memiliki perbedaan.
Data dan Fakta
Berdasarkan data mengenai jumlah anggotanya, Muhammadiyah dan NU memiliki jutaan anggota di seluruh penjuru Indonesia, yang mencerminkan kekuatan signifikan kedua organisasi ini. Begitu juga dalam hal lembaga pendidikan, keduanya mengelola ribuan institusi pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, yang turut berperan penting dalam meningkatkan kecerdasan masyarakat.
Selain itu, di sektor kesehatan, jaringan rumah sakit dan puskesmas yang dimiliki oleh Muhammadiyah dan NU tersebar di berbagai daerah, memberikan layanan kesehatan yang luas kepada masyarakat. Dengan demikian, tak ada keraguan lagi mengenai sumbangsih kedua organisasi ini terhadap pembangunan nasional. Keduanya telah memberikan kontribusi yang berarti dalam berbagai aspek, termasuk pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Mengapa Persatuan Itu Penting?
Persatuan antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia memiliki peran yang sangat krusial dalam menjaga stabil
- Kekuatan Bersama: Setiap individu memiliki potensi yang luar biasa. Ketika kita bersatu, kekuatan tersebut dapat berkolaborasi dan berkontribusi untuk mencapai tujuan bersama, menciptakan perubahan positif yang signifikan di dalam masyarakat. Dalam konteks ini, persatuan bukan hanya sekadar kekuatan, melainkan sebuah sinergi yang dapat menggerakkan segala sesuatu untuk kebaikan.
- Menjaga Keutuhan Bangsa: Persatuan di kalangan umat Islam sangat vital untuk mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia yang kaya akan keberagaman. Dengan meneguhkan rasa persaudaraan dan saling menghormati, kita dapat membangun fondasi yang kuat bagi harmoni yang berkelanjutan, serta menciptakan ruang dialog yang sehat antar berbagai elemen masyarakat.
- Menghormati Perbedaan: Kita sebagai masyarakat Indonesia yang cerdas harus belajar untuk menghargai perbedaan pendapat dan cara pandang yang ada. Setiap perbedaan seharusnya dilihat sebagai sumber kekuatan, bukan sebagai penghalang. Dengan menjalin komunikasi yang konstruktif, kita dapat saling menguatkan, membangun kerukunan dan inklusivitas yang akan membawa kita menuju kemajuan bersama.
- Menjadi Contoh bagi Dunia: Sinergi antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) bisa dijadikan teladan bagi seluruh dunia tentang bagaimana toleransi dan kerjasama dapat terwujud di antara umat beragama yang berbeda. Dengan menunjukkan bahwa kedamaian dan keutuhan bangsa dapat dicapai melalui kolaborasi yang saling menghargai, kita memberikan harapan bagi masyarakat internasional tentang pentingnya dialog antarbudaya dan agama yang damai. Melalui prestasi bersama, kita dapat membuktikan bahwa persatuan dapat mengatasi perbedaan dan menciptakan dunia yang lebih baik.
Sebagai generasi muda, kita memiliki peran penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan umat. Mari kita jadikan perbedaan sebagai kekuatan, bukan sebagai penghalang. Mari kita buktikan bahwa kita bisa hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati.
Langkah-Langkah Konkret yang Dapat Dilakukan:
• Mulai dari Diri Sendiri: Saling menghormati dan menghargai perbedaan pendapat.
• Aktif Berpartisipasi: Ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah atau NU.
• Menggunakan Media Sosial: Gunakan media sosial untuk menyebarkan pesan positif tentang persatuan.
• Menjadi ( Agent Of Change ) Agen Perubahan: Jadilah contoh bagi orang lain dalam menjaga kerukunan dan persatuan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa stigma yang muncul akibat perbedaan antara Muhammadiyah dan NU merupakan suatu konstruksi sosial yang dapat dimodifikasi. Melalui pemahaman, penghormatan, dan kolaborasi antar satu sama lain, kita bisa menciptakan masa depan yang lebih cerah untuk bangsa Indonesia. Mari kita bergandeng tangan, membangun negara, dan mewujudkan Indonesia yang damai, adil, dan sejahtera.
Penulis: Wildan Miftahul Ilmi, Ketua PD IPM Kota Pasuruan