Oleh Ustaz Anang Abdul Malik (Wakil Ketua PDM Kota Pasuruan) di Ponpes SPEAM Kota Pasuruan
الله اكلر- الله اكبر . الله اكبيرا
والحد لله كثيرا وسبحان الله
بكرة واصيلا. لا اله الا الله وحده
صدق وعده ونصر عبده واعز جنده وهزم الا حزاب وحده. لا اله الا الله ولا نعبدالا تياه محلصين.له الدين ولو كرهاكفرون.
Pagi ini rasanya tiada rangkaian kata, tak ada ungkapan hati, yang lebih patut kita lantunkan pada pencipta kita kecuali ungkapan rasa syukur, rasa terima kasih atas berbagai karunia nikmat yang begitu banyak diberikan oleh Allah pada kita semua. Mulai dari apa yang kita miliki, yang kita rasakan, bahkan yang kita hayati. Semua bersumber dari Allah Rabbul ‘Alamin. Hingga kita dapat hadir melaksanakan Shalat Idul Adha di Lapangan SPEAM Putra seperti saat ini.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah pada junjungan Nabi besar Muhammadi SAW, yang telah mewariskan pada kita satu keyakinan dan pandangan hidup, satu Ad din yakni Dinul Islam yang dengan Din Islam ini, hidup kita lebih tertata, lebih tercerahkan, dan lebih memungkinkan dekat pada pencipta kita yaitu: Allah Rabbul Alamin, yang akan menghantarkan kita pada kebahagiaan hidup di dunia yang fanaa dan di Kampung Akherat yang kekal dan abadi.
الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Dalam QS Al Mulk: 1-2 Allah SWT berfirman.:
نبرك الذ بيده الملك وهو على كل شيء قدير. الذ خلقك الموت والحتوة ليبلوكم ايكم احسن عملا. وهو العزيز الغفور. .
“Maha suci Allah yang di tanganNya lah segala kekuasaan dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup untuk menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik aktifitas hidupnya.”
Setiap lembaran hidup yang kita lalui pasti kita akan berpapasan dengan ujian-ujian hidup. Bisa berupa kemiskinan, kekayaan, bisa juga diuji lewat anak-anaknya, ditinggal mati oleh orang yang dicintainya, mungkin Ayah, Ibu, atau Istri/Suami.
Lalu untuk apa Allah menguji perjalanan hidup kita? Tak lain adalah;
ليبلوكم ايكم احسن عملا
“Allah hendak menguji siapa di antara kamu yang paling baik aktifitas hidupnya.”
الله اكبر تلله اكبر ولله الحمد
Di antara sekian milyar manusia yang ada di bumi ini, yang diuji oleh Allah SWT, yang paling berat berat ujiannya adalah Nabi Allah Ibrahim, Istrinya, dan Ismail AS.
Mari kita perhatikan lebih jauh sirah Nabawi. Saat Nabi Ibrahin mendakwahkan risala tauhidnya, لااله الا الله, dia menghadapi berbagai tantangan-tantangan yang sangat luar biasa, sampai dia harus dibakar hidup-hidup. Namun, dengan pertolongan Allah SWT yang merubah sifat api yang panas menjadi dingin hingga tidak membakarnya hingga selamatlah Ibrahim dari panasnya api—dalam perjalanan hidupnya Nabi Allah Ibrahim diliputi oleh kegelisahan karna belum memperoleh keturunan.
Kegelisahannya karena dia memiliki warisan kepada siapa warisan itu akan dia berikan. Warisan yang akan dia berikan itu bukan tanah, karna dia bukan tuan tanah, bukan pula kekuasaan karna dia bukan penguasa.
Warisan itu adalah nilai-nilai hidup yang akan mengantarkan manusia pada kebahagiaan hidup yang hakiki bahagia di dunia maupun akhirat. Sungguh pun demikian Nabi Ibrahim tak pernah putus asah dalam berdoa pada Allah Swt. Sampai Allah mengabulkan permohonannya. Kemudian Allah mengabuljan Doa Nabi Ibrahim dg memberi seorang putra yg diberi nama Ismail. Alangkah gembira dan bahagianya Nabi Ibrahim.
Namun kegembiraan dan kebahagiaan Nabi Ibrahim masih harus melewati ujian lagi Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membawa istri dan anaknya ke suatu tempat yang jauh. Setelah sampai di suatu lembah yang kering tandus dan tak ada tanda-tanda kehidupan, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk meninggalkan istri dan anaknya di tempat yang kering tandus dan tak ada tanda-tanda kehidupan itu.
Nabi Ibrahim dihadapkan pada sebuah dilema; di satu sisi, ia harus patuh terhadap perintah Allah, namun di sisi lain, hatinya terombang-ambing dengan pertanyaan, “Apakah aku harus meninggalkan istri dan anakku di tempat yang begitu menyedihkan ini?” Akhirnya, Ibrahim mengambil keputusan untuk meninggalkan keluarganya. Saat itu, istrinya memanggilnya dengan penuh harap, memohon agar ia tidak pergi. “Ibrahim, jangan tinggalkan aku di sini,” teriaknya, namun Ibrahim tetap melanjutkan langkahnya. Dalam keputusasaannya, istrinya berlari untuk mengejar Ibrahim dan bertanya, “Apakah ini memang perintah Allah?” Mendengar pertanyaan itu, Ibrahim berhenti dan menoleh. Di wajahnya terlihat keharuan yang mendalam, dengan air mata yang mengalir, dia menjawab, “Ya, ini adalah perintah Allah.” Istrinya pun dengan rendah hati mengungkapkan, “Tinggalkan aku, aku hanya akan menyerahkan diri kepada Allah untuk memohon perlindungan.”
الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Ketika Allah memberikan momen kepada Nabi Ibrahim untuk bersatu kembali dengan istri dan putranya, Ismail, mereka merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Kehadiran Ismail, yang kini sudah bisa diajak berbincang tentang berbagai aspek kehidupan, membuat Ibrahim semakin mencintai dan merasakan kebahagiaan yang mendalam. Namun, kebahagiaan tersebut harus diuji kembali. Ujian yang sangat berat datang ketika Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra tercintanya tersebut.
Lalu, ia mengajak putranya berdiskusi.
اني ارى فى المنام
اني اذبحك فانضر ماذا ترى
… sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”
Tentu saja, sebagai manusia, adalah wajar bagi Ibrahim untuk menyampaikan perasaannya dengan sangat hati-hati mengingat betapa beratnya perintah tersebut, terutama karena saat itu, ia baru saja bertemu lagi dengan keluarganya setelah sekian lama berpisah. Dengan demikian, mudah dimengerti bahwa situasi tersebut sangat menegangkan. Namun, yang sangat mengagumkan adalah jawaban Ismail as yang sangat tegas. Dia dengan penuh keyakinan menyatakan kesiapannya untuk apapun yang akan dilakukan oleh ayahnya. Bahkan, ia meyakinkan ayahnya bahwa Insya Allah, ia akan mampu bersabar.
يا بت افعل ما تؤ مر
ستجدني ان سا الله من الصابرين
“Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”
الله اكبر الله اكبر ولله الحمد
Al-Quran menggambarkan:
ان هذا لهو البلؤ المبين
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.”
Setelah menunjukkan kesabaran dan ketaatan yang luar biasa, Ibrahim beserta istri dan Ismail as, Allah kemudian melarang Ibrahim untuk melakukan penyembelihan terhadap Ismail. Sebagai ganti, Allah SWT menghadirkan seekor kambing sebagai hewan persembahan untuk melanjutkan tradisi berqurban
وفد ينه بذبح عظيم
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
***
Kejadian ini menjadi landasan untuk pelaksanaan ibadah Qurban yang dilaksanakan pada Hari Raya Haji. Dalam Al-Qur’an, cerita bersejarah ini jelas mengandung pelajaran berharga yang bisa dicontoh oleh setiap mukmin. Allah pun telah mengabadikannya dalam kitab suci-Nya.
وتركنا عليه في الا خرين
سلام علي ابر هيم
“Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang di kemudian hari. Yaitu kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.”
Semoga keimanan dan ketakwaan yang telah tertanam dalam diri kita dapat kita jaga dengan baik untuk menghadapi berbagai ujian dalam mencari kebahagiaan sejati di dunia yang sementara ini serta di kehidupan akhirat yang abadi. Sebagai penutup khutbah ini, marilah kita berdoa kepada Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, agar diberi kemaslahatan untuk diri kita, keluarga, umat, bangsa, dan negara. Semoga kita semua mampu meraih, mengelola, dan memanfaatkan kehormatan serta kemuliaan di dunia ini dan juga di akhirat nanti.
بسم الله الرحمن الرحيم
Ya Allah, ya Tuhan kami …
Pagi ini kami berkumpul bersama dengan saudara-saudara kami serta siswa Ponpes SPEAM melaksanakan Shalat Idul Adha 1446 H di halaman Ponpes SPEAM Kota Pasuruan.
Karna itu, Ya Allah. Ridhailah Ibadah shalat Idul Adha kami jadikanlah pagi ini sebagai titik awal untuk meraih lebih maju dan lebih baik dari apa yang telah kami peroleh dari hari sebelumnya.
Ya Allah, kami menyadari diri kami lemah penuh dengan kealpaan. Maka berilah kami kekuatan dan tunjukkanlah jalan yang benar.
Ya Allah, ya Tuhan kami … Ampuni segala dosa kedua orang tua kami, baik yang masih ada maupun yang telah tiada.
Ampuni segala kesalahan ayah dan Ibunda kami ya Allah
Ibunda kami yang mengandung dengan berat dan melelahkan, menjaga dan membesarkan kami dengan penuh kasih sayang. Bahkan tak seekor nyamuk pun yang boleh hinggap di tubuh kami ketika kami tidur.
Ayah kami, Ya Allah, tak kenal lelah untuk mencari rizki guna membesarkan dan membiayai pendidikan kami. Terlalu banyak dosa dan kesalahan kami kepada beliau berdua, dibandingkan dengan kasih sayang dan kebaikan beliau sejak kecil hingga seusia ini, Ya Allah.
Dengan apa kami harus membalasnya, Ya Allah? Dengan apa kami harus membalas kebaikan mereka selain memohon kepadaMU kiranya Engkau memberi rahmat, taufiq dan inayahMu.
Andai, Ya Allah, andaikan ada satu saja amalan kami yang engkau ridhoi dan itu bisa menghantarkan ayah dan ibunda kami masuk surgaMu, ya Allah, maka terimalah itu, Ya Allah. Ya Allah, ampunilah kesalahan dan dosa saudara-saudara kami, muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, Izzul Islam wal muslimin fi kulli makan wa fi kulli zaman.
Ya Allah, menangkan Islam dan ummat Islam di manapun mereka berada.
Ya Allah, ampuni kami yang belum mampu melakukan apapun ketika menyaksikan saudara kami terdholimi oleh bangsa Israil.
Kami hanya mampu berdoa: “Ya Allah, berikan mereka kesabaran, ketabahan dan berikan kemenagan kepada pejuang yang berjuang di jalanmu di manapun mereka berada. Palestina, Gaza, Afganistan, Irak, wa fi kulli makan. Kami hanya bisa berdoa, Ya Allah.