Di tengah derasnya arus informasi dan padatnya kesibukan masyarakat modern, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Pasuruan, Dr. Abu Nasir, M.Ag menyampaikan pesan reflektif yang menggugah: bahwa membaca, bahkan hanya sekadar membuka dan mengapresiasi karya sesama kader persyarikatan, bisa menjadi bagian dari ibadah dan amal jariyah di jalan dakwah.
Pesan ini disampaikan menyikapi minimnya interaksi warga Muhammadiyah terhadap konten-konten informatif dan mencerahkan yang dipublikasikan melalui kanal-kanal resmi persyarikatan, khususnya di PasMu.id, platform media yang menjadi wajah digital dakwah dan literasi Muhammadiyah Kota Pasuruan.
“Berita dan tulisan di PasMu sebenarnya bagus-bagus dan menarik,” ujar Ketua PDM Kota Pasuruan.
“Tapi sayangnya tidak semua kita tertarik membacanya. Membuka pun tidak.”
Data internal menunjukkan bahwa masih sangat sedikit anggota dan simpatisan Muhammadiyah yang mengakses, membagikan, ataupun memberi komentar pada konten-konten yang diproduksi dengan semangat dakwah dan pencerahan itu. Padahal, menurut beliau, setiap karya tulis baik berupa berita, opini, maupun refleksi kader merupakan bentuk nyata perjuangan literasi Islam Berkemajuan.
Literasi sebagai Bagian dari Thalabul ‘Ilm
Dalam pernyataannya, Ketua PDM Kota Pasuruan juga menekankan bahwa membuka dan membaca konten dakwah bukanlah aktivitas remeh. Justru sebaliknya, itu bisa menjadi bagian dari thalabul ‘ilm, tuntutan menuntut ilmu dalam Islam yang tidak mengenal batas waktu dan tempat.
“Mari kita mudahkan jemari mengklik, membukanya dengan niat ibadah,” ujarnya. “Sempatkan sedikit waktu, sebentar membaca dan sekadar mendapatkan ilmu atau informasi sebagai bagian dari thalabul ‘ilm.”
Niat menjadi kunci utama. Sebuah klik pada artikel dakwah bisa berubah menjadi amal ibadah bila disertai dengan niat mencari ilmu dan mendukung dakwah Islam Berkemajuan. Maka dari itu, Ketua PDM Kota Pasuruan yang akrab disapa dengan ustadz abu mengajak seluruh elemen warga Muhammadiyah, khususnya generasi muda dan aktivis Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM), untuk menyadari potensi besar dari kegiatan literasi digital.
Lebih jauh, Ketua PDM juga mengajak warga persyarikatan untuk memberikan apresiasi kepada para penulis, pengelola media, dan aktivis literasi yang telah meluangkan tenaga, waktu, dan pikirannya untuk membangun budaya baca dan tulis.
“Kalau toh dirasa kurang penting dan dianggap minim ilmu,” lanjutnya, “minimal mari kita beri apresiasi atas buah karya dan upaya keras keluarga, sahabat, teman, sesama pimpinan dan anggota persyarikatan, AMM dalam berjuang melalui potensinya mengembangkan dan membangun literasi.”
Apresiasi tidak melulu harus dalam bentuk materi atau pujian. Sebuah klik, like, share, atau komentar konstruktif pada sebuah artikel bisa menjadi bentuk apresiasi yang berarti besar bagi para penggiat literasi dakwah.
Pesan tersebut juga merefleksikan tantangan sekaligus peluang besar dalam dakwah digital. Di era ketika media sosial menjadi ruang utama interaksi umat, kemampuan kader Muhammadiyah dalam menyampaikan pesan Islam yang mencerdaskan, mencerahkan, dan memajukan melalui media daring menjadi sangat penting.
Maka, membaca dan menyebarluaskan konten dakwah bukan hanya soal konsumsi informasi, melainkan juga bagian dari kerja dakwah kolektif yang harus didukung oleh seluruh komponen umat.
“In syaa Allah berpahala. Aamiin,” pungkas Ketua PDM Kota Pasuruan, Dr. Abu Nasir, M.Ag, menutup pesannya dengan doa dan harapan bahwa gerakan literasi digital Muhammadiyah dapat menjadi bagian dari ikhtiar kolektif menuju masyarakat Islam yang tercerahkan dan berkemajuan.