Pasuruan, 6 Juni 2025 – Majelis Pembinaan Kader PDA Kota Pasuruan menyelenggarakan program rutin KURMA (Kajian Ukhuwah Rutin Milenial ‘Aisyiyah), yang kali ini hadir dalam edisi spesial dengan tema “Kader Milenial Aisyiyah: Bibit Unggul Islam Berkemajuan.”
Kegiatan yang dilaksanakan secara virtual melalui Google Meet ini menghadirkan dua narasumber inspiratif yaitu Hj. drh. Emilis Setyawati sebagai Ketua PDA Kota Pasuruan dan Nurul Mawaridah, M.Pd, Ketua Majelis Pembinaan Kader PDA Kota Pasuruan. Dalam kajian ini, para peserta diajak untuk menyadari urgensi dan strategi penguatan kaderisasi perempuan muda dalam tubuh organisasi Aisyiyah.
Penguatan Kepemimpinan Melalui Perkaderan: Menjawab Krisis Kepemimpinan Aisyiyah

Dalam kesempatan pengarahan pada kegiatan KURMA (Kajian Ukhuwah Rutin Milenial ‘Aisyiyah), Hj. drh. Emilis Setyawati selaku Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Pasuruan menyoroti isu krusial yang tengah dihadapi oleh banyak organisasi, termasuk Aisyiyah, yakni krisis kepemimpinan. Beliau menyampaikan bahwa krisis ini tidak hanya menyangkut jumlah pemimpin yang semakin sedikit, tetapi juga kualitas kader yang belum sepenuhnya siap memegang estafet perjuangan dakwah dan organisasi.
Menurut beliau, dalam beberapa tahun terakhir, terlihat adanya kekosongan atau bahkan penurunan minat generasi muda untuk aktif dalam kepemimpinan organisasi. Padahal, Aisyiyah sebagai gerakan perempuan Muhammadiyah sangat membutuhkan kader-kader milenial yang siap menjadi pemimpin masa depan. “Kalau tidak dari sekarang kita siapkan, maka akan tiba waktunya ketika organisasi ini berjalan tanpa arah karena kehilangan generasi pelanjut yang visioner dan tangguh,” tegasnya.
Karena itu, kegiatan perkaderan menjadi sangat penting. Salah satu bentuk konkret dari upaya regenerasi dan pembentukan karakter pemimpin muda Aisyiyah adalah melalui program KURMA ini. Beliau menekankan bahwa KURMA bukan hanya wadah kajian keislaman semata, tetapi juga ruang pembinaan ideologis, emosional, dan intelektual kader muda agar mampu menjawab tantangan zaman. “Melalui KURMA, kita ingin menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi, memperkuat ruh dakwah, dan menanamkan nilai-nilai kepemimpinan yang berlandaskan Islam dan paham Muhammadiyah,” jelasnya.
Menutup arahannya, beliau mengajak semua pihak untuk tidak lengah terhadap kebutuhan pembinaan kader milenial secara kontinu dan sistematis. Menurutnya, regenerasi dalam Aisyiyah bukan hanya tugas bidang kaderisasi, melainkan tanggung jawab bersama seluruh pimpinan dan warga organisasi. “Kader adalah aset terbesar kita. Kalau kita ingin Aisyiyah tetap hidup dan berdampak, maka investasi terbaik adalah pada penguatan karakter dan kapasitas para kader mudanya,” pungkasnya.
Mengapa Kader Milenial Aisyiyah Penting?
Dalam pemaparannya pada kegiatan KURMA (Kajian Ukhuwah Rutin Milenial ‘Aisyiyah), Nurul Mawaridah menegaskan pentingnya peran kader milenial dalam menjaga keberlanjutan dan kemajuan gerakan Aisyiyah. Indonesia saat ini memiliki jumlah penduduk usia muda yang sangat besar. Hal ini menjadikan kelompok muda sebagai kekuatan strategis yang tidak bisa diabaikan dalam pembangunan bangsa, termasuk dalam membangun peradaban Islam yang berkemajuan sebagaimana visi besar Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Dalam konteks ini, organisasi membutuhkan kader perempuan muda yang tidak hanya hadir secara jumlah, tetapi juga tangguh secara kualitas. Di tengah tantangan zaman yang bergerak cepat, terutama di era digital dan derasnya arus globalisasi, kader milenial Aisyiyah diharapkan memiliki sejumlah karakter penting.
Pertama, mereka harus berakidah kuat, yakni memiliki pemahaman Islam yang kokoh dan menjadikan nilai-nilai Aisyiyah sebagai pijakan dalam berpikir dan bertindak. Hal ini penting agar kader tidak mudah goyah oleh arus ideologi luar yang bertentangan dengan prinsip Islam berkemajuan.
Kedua, melek teknologi menjadi syarat mutlak di era sekarang. Kader Aisyiyah perlu menguasai perangkat digital, media sosial, dan alat komunikasi modern agar mampu berdakwah, berbagi inspirasi, dan menyebarkan nilai kebaikan di ruang digital yang sangat luas pengaruhnya.
Ketiga, karakter berjiwa sosial dan peka terhadap isu kemasyarakatan juga menjadi bagian penting. Kader diharapkan tidak hanya aktif dalam forum internal organisasi, tetapi juga mampu membaca realitas sosial dan hadir sebagai agen perubahan di tengah masyarakat. Mereka harus terlibat dalam isu-isu seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga lingkungan hidup.
Keempat, kader milenial Aisyiyah dituntut untuk mandiri dan adaptif, mampu menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi zaman, namun tetap memegang teguh prinsip dan identitas diri sebagai kader muslimah Aisyiyah. Mandiri dalam berkarya, berpikir kreatif, dan bertindak solutif adalah bentuk nyata kesiapan kader menghadapi tantangan ke depan.
Adapun karakter khusus yang menandai kader milenial Aisyiyah yang unggul, menurut Nurul Mawaridah, meliputi beberapa aspek:
- Progresif dalam berpikir, terbuka terhadap hal baru namun tetap berbasis nilai
- Responsif terhadap tantangan zaman, cepat tanggap dalam mencari solusi
- Aktif berdakwah di dunia nyata dan maya, menjangkau lebih banyak umat
- Cakap literasi dan digital, mampu menulis, membaca data, dan memahami konteks
- Kolaboratif dan inovatif, siap bekerja dalam tim dan menemukan cara baru dalam dakwah dan pelayanan umat
- Berperan aktif dalam pengembangan media Muhammadiyah, seperti media digital PasMu.id yang menjadi ruang ekspresi dan komunikasi publik organisasi
Dengan seluruh potensi dan karakter unggul tersebut, kader milenial Aisyiyah akan menjadi pilar penting dalam menjaga eksistensi organisasi, sekaligus membawa semangat pembaruan dalam tubuh Aisyiyah agar tetap relevan, progresif, dan berdampak bagi umat dan bangsa.
Di akhir kajian, Ketua Majelis Pembinaan Kader, Nurul Mawaridah, M.Pd, menegaskan pentingnya peran generasi muda dalam keberlanjutan dakwah ‘Aisyiyah melalui kutipan inspiratif.
“Not just successors, but changemakers.”
Bukan sekadar penerus, tapi pembawa perubahan.
“Born to continue. Called to renew.”
Lahir untuk melanjutkan. Terpanggil untuk memperbarui.
Kegiatan ini diikuti oleh 14 peserta yang antusias berdiskusi dan menyerap semangat baru untuk terus berproses menjadi kader-kader milenial Aisyiyah yang unggul dan kontributif.
Mari terus semaikan semangat pembaruan dan kebermanfaatan bersama KURMA berikutnya!