Ada resep yang tak biasa ditawarkan untuk menjaga keamanan Kota Pasuruan. Saat para pemangku kebijakan lain mungkin fokus pada patroli dan aparat, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Pasuruan, Dr. H. Abu Nasir, justru menyodorkan dua formula ideologis: spirit revolusioner ala 10 pemuda Bung Karno dan “gerak sama” konkret antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Resep itu ia beberkan dalam Sarasehan Kebangsaan bertajuk “Jogo Kota Pasuruan Aman”, Ahad malam (7/9/2025).
Di hadapan Walikota, jajaran Forkopimda, dan para tokoh lintas organisasi, Abu Nasir tidak memulai dengan retorika keamanan yang kaku. Ia justru mengajak hadirin “merenung” dan “mengenang kembali” peristiwa tahun 1965, spesifik saat Presiden Soekarno berpidato berapi-api.
“Di dalam buku ‘Di Bawah Bendera Revolusi’, beliau banyak sekali mengungkapkan quote-quote penting,” ujar Abu Nasir.
Ia lantas mengutip mantra legendaris Sang Proklamator: “Jika aku diberikan 1000 orang tua, aku hanya akan bisa mencabut Semeru itu dari akarnya saja. Tetapi jika aku diberikan hanya 10 anak muda saja, aku akan bisa goncangkan dunia.”
Bagi Abu Nasir, kutipan ini bukan sekadar nostalgia romantisme perjuangan. Ia menyebutnya sebagai pengingat bahwa generasi muda memiliki “potensi besar sekaligus spirit revolusioner” yang wajib dimaksimalkan untuk membangun negeri di tengah keragaman. Spirit inilah, menurutnya, modal utama untuk ‘Jogo Pasuruan’.
“Tidak sekedar untuk habis tanpa ada makna sama sekali,” tegasnya, menyerukan agar potensi itu dikapitalisasi untuk menciptakan kesetaraan. “Kita berdiri tegak, duduk sama rendah, berdiri sama tinggi.”
Namun, Abu Nasir tidak berhenti pada tataran spirit. Ia lantas membocorkan langkah politik kebangsaan paling konkret yang telah diambil dua ormas Islam terbesar di Indonesia. Menurutnya, spirit 10 pemuda itu kini telah diterjemahkan dalam aksi nyata.
Ia merujuk pada peristiwa tanggal 24 Agustus 2025 yaitu Peresmian Graha Muhammadiyah-NU (Nahdlatul Ulama) di Bekasi. Kata dia, Muhammadiyah beserta Nahdlatul Ulama menunjukkan tekad bersama menjaga NKRI tetap aman dan damai.
Bukan sekadar deklarasi di atas kertas, kedua raksasa ormas Islam ini, lanjut Abu Nasir, telah mendirikan sebuah “gerak sama” (gerakan bersama). Tujuannya jelas: memajukan bangsa dan menciptakan keutuhan melalui dakwah bersama di tiga sektor krusial: pendidikan, sosial, dan agama.
“Ini adalah contoh dan tauladan,” katanya.
Bagi Abu Nasir, menjaga Pasuruan agar tetap aman dan damai bukanlah pekerjaan aparat semata. Resepnya adalah kombinasi antara menghidupkan kembali spirit revolusioner kaum muda yang digagas Bung Karno, dan membumikannya lewat kolaborasi konkret dua pilar utama bangsa, NU dan Muhammadiyah.
“Karena itulah semua pesan-pesan para pemimpin kita… marilah kita bersama-sama kita hayati dan kita laksanakan. Mudah-mudahan kita hidup di dalam suasana tentram, tenang, aman, dan damai,” tutupnya.