• Kabar
  • Fakta Islam
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Unik

Topik Populer

  • Palestina
  • Dakwah
  • Perang Dagang

Ikuti kami

  • 12.8k Fans
  • 1.3k Followers
  • 2.4k Followers
  • 7.1k Subscribers
Pasmu
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
KONTRIBUSI
ArtMagz
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • Kabar
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Islam
  • Khutbah
Home Sejarah

Sejarah Muhammadiyah, Gerakan Dakwah Islam Berkemajuan

Yogi Arfan oleh Yogi Arfan
2 bulan yang lalu
in Sejarah
0
Foto credits: Muhammadiyah Jombang

Foto credits: Muhammadiyah Jombang

20
SHARES
46
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
[post-views]

Dalam perjalanan dan perkembangannya, Muhammadiyah memiliki sejarah yang sangat penting untuk kita pelajari. Dari sejarah Muhammadiyah, kita bisa banyak mengambil pelajaran tentang bagaimana ajaran Islam dapat berkembang di Indonesia.

Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern yang tertua dan terbesar di Indonesia, dan hingga kini masih aktif beroperasi. Organisasi ini telah mendirikan sekitar 30 cabang istimewa di luar negeri serta memperluas perannya dalam bidang kemanusiaan ke sejumlah negara demi menciptakan perdamaian dan keadilan sosial secara global. Diperkirakan, jumlah anggota Muhammadiyah berkisar antara 30 hingga 40 juta orang, yang berasal dari beragam latar belakang profesi, etnis, sosial, dan budaya.

Selama lebih dari seratus tahun, Muhammadiyah telah dikenal sebagai organisasi yang sukses dalam bidang sosial dan keagamaan, bergerak secara mandiri dan terpercaya di sektor pendidikan, kesehatan, filantropi, serta pemberdayaan sosial. Organisasi ini mendirikan lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga tinggi, serta rumah sakit dan klinik, dan ikut berkontribusi dalam pemberdayaan sosial-ekonomi yang menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Kegiatan ini menyasar berbagai komunitas, termasuk di daerah perkotaan, pedesaan, wilayah terpencil, kawasan kepulauan, masyarakat adat, serta daerah yang sering terkena bencana.

Sejarah Muhammadiyah

Sejarah Muhammadiyah, Gerakan Dakwah Islam Berkemajuan
Potret Sekolah Muhammadiyah Pertama/Foto: potretlawas

Muhammadiyah didirikan pada 8 Dzulhijjah 1330 H, yang jatuh pada tanggal 18 November 1912, di Kauman, Yogyakarta. Sejarah Muhammadiyah berakar dari adanya Sekolah Rakyat bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada awal tahun 1912. Proses pembelajaran pertama kali dilakukan di sebuah ruangan kecil yang merupakan kamar tamu di rumah KH. Ahmad Dahlan, dengan ukuran 6 meter panjang dan 2,5 meter lebar. Di dalamnya terdapat tiga meja, tiga kursi panjang, serta satu papan tulis. Pada waktu itu, ada sembilan santri yang terdaftar sebagai murid di Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah.

Related Post

Image: Made by AI

Masa Depan Hukum Islam di Era Digital: Tantangan Muhammadiyah dan NU Menghadapi Gen Z, Alpha, dan Beta

28 Juni 2025
Photo Credits: Firnas Mutaqqin

Ustaz Umar Efendi: Indonesia Kaya Raya tapi Salah Kelola, Mari Belajar dari Umar bin Abdul Aziz

28 Juni 2025

Shalat Berjamaah dan Persatuan Umat Kunci Hidup Tertata

28 Juni 2025

Ustaz Ini Minta Transaksi Uang Haji di Kamar, Ada Apa Sebenarnya di Saudi?

27 Juni 2025 - Updated On 28 Juni 2025

Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang merupakan bagian terpenting dalam sejarah Muhammadiyah ini, berdiri dengan dukungan penuh dari dana KH. Ahmad Dahlan sendiri, tanpa melibatkan bantuan atau sumbangan dari pihak lain. Beliau memanfaatkan harta pribadinya untuk merealisasikan visi tentang lembaga pendidikan Islam modern. Seiring berjalannya waktu, dalam diskusinya dengan santri dan murid-muridnya di Kweek School Jetis, KH. Ahmad Dahlan mendapatkan dorongan untuk mendirikan sebuah organisasi yang akan menjamin kelangsungan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah.

Organisasi ini dinamakan Muhammadiyah, diharapkan agar para anggotanya bisa meniru teladan Nabi Muhammad Saw. Walaupun berbagai gagasan dan usulan untuk membentuk Muhammadiyah berasal dari beberapa santri dan muridnya, menurut ketentuan yang ada, hanya individu-individu yang cukup dewasa yang dapat tercatat sebagai pendiri resmi. Dalam Statuten atau Anggaran Dasar Muhammadiyah yang diajukan kepada Pemerintah Hindia-Belanda, dicantumkan bahwa organisasi ini resmi berdiri pada tanggal 18 November 1912.

Istilah “Muhammadiyah” secara literal dapat diartikan sebagai “individu-individu yang beriman kepada Nabi Muhammad atau pengikut Nabi Muhammad” Penggunaan istilah ini bertujuan untuk merujuk dan mengaitkan ajaran serta perjalanan perjuangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad.

Menurut H. Djarnawi Hadikusuma, penamaan tersebut memiliki arti sebagai berikut, “Dan tujuannya adalah untuk memahami dan mengamalkan Islam sebagai ajaran dan keteladanan Nabi Muhammad SAW agar  dapat menjalani kehidupan dunia selama yang diinginkannya. Oleh karena itu, ajaran Islam yang murni dan benar  dapat menginspirasi kemajuan umat Islam dan masyarakat Indonesia pada umumnya”.

Setelah melalui proses pengajuan yang cukup rumit dan memakan waktu yang panjang, terbitlah Besluit pada 22 Agustus 1914 No. 81, yang mengakui Muhammadiyah sebagai Badan Hukum oleh Pemerintah Hindia-Belanda. Di awal berdirinya, regulasi yang diberlakukan oleh Pemerintah Hindia-Belanda membatasi ruang gerak Muhammadiyah. Namun, pada Kongres Boedi Oetomo yang diadakan di kediaman KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1917, pendiri Muhammadiyah tersebut menegaskan perlunya organisasi ini untuk ada tidak hanya di Yogyakarta, tetapi juga menyebar ke seluruh Jawa, serta ke Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan berbagai wilayah di nusantara lainnya.

Setelah mendapatkan izin dari Pemerintah Hindia-Belanda, KH. Ahmad Dahlan dapat lebih leluasa dalam memperluas aktivitas dakwahnya. Ia mengadakan ceramah di berbagai lokasi dan mengajak umat Islam untuk menjalankan ajaran Islam yang dapat membebaskan mereka dari keterbelakangan, kebodohan, serta berfokus pada perbuatan baik.

KH. Ahmad Dahlan menjabat sebagai pemimpin Muhammadiyah sejak tahun 1912 hingga meninggal dunia pada 1923. Setelah itu, kepemimpinan Muhammadiyah dilanjutkan oleh Kyai Haji Ibrahim dari tahun 1923 hingga 1931, diikuti oleh Kyai Haji Hisyam yang memimpin dari 1931 hingga 1936, kemudian Kyai Haji Mas Mansyur pada periode 1936 hingga 1942, dan terakhir Ki Bagus Hadikusuma yang memimpin dari tahun 1942 hingga 1953.

Riwayat Singkat Pendiri Muhammadiyah

Sejarah Muhammadiyah, Gerakan Dakwah Islam Berkemajuan
Potret K.H. Ahmad Dahlan/Foto: Wikipedia Commons

Mengetahui sejarah Muhammadiyah saja sepertinya tidak cukup jika kita tidak mengetahui sejarah pendirinya. Ahmad Dahlan adalah pendiri organisasi Muhammadiyah, seorang ulama yang lahir di Kauman, Yogyakarta, pada Agustus 1869 dengan nama asal Muhammad Darwis. Beliau adalah putra dari seorang ulama, imam, dan khatib Masjid Besar Kauman, yaitu Kyai Haji Abu Bakar. Ibu KH. Ahmad Dahlan, Siti Aminah binti Haji Ibrahim, juga berasal dari keluarga ulama dan merupakan seorang penghulu terkemuka di Yogyakarta.

Semasa mudanya, KH. Ahmad Dahlan mengejar ilmu dengan belajar dari kedua kakak iparnya; ia mempelajari Fiqh di bawah bimbingan Kyai Haji Muhammad Saleh dan ilmu Nahwu dari Haji Muhsin. Dia juga mempelajari Falaq dari Kyai Raden Haji Dahlan, yang merupakan putra Kyai Termas; Hadits dari Kyai Mahfudh dan Syaikh Khayyat; serta Qiraah dari Syaikh Amien dan Sayyid Bakri.

Selain fokus pada studi keagamaan, KH. Ahmad Dahlan juga mendalami berbagai pengetahuan umum, seperti ilmu racun binatang dari Syaikh Hasan, bahasa Jawa dan Melayu dari R. Ng. Sosrosugondo (yang terlibat dalam Boedi Oetomo dan bertugas sebagai editor bahasa untuk Statuten dalam bahasa Melayu dan Belanda), serta pelajaran lain yang didapatkan dari R. Wedana Dwijosewoyo dan Syaikh Jamil Jambek.

Pada tahun 1889, KH. Ahmad Dahlan menikahi Siti Walidah, putri Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang setia mendampinginya hingga akhir hayat. Siti Walidah kemudian berperan penting dalam pendirian organisasi perempuan Muslim modern pertama di Indonesia, yaitu ‘Aisyiyah, yang didirikan pada tanggal 27 Rajab 1335 H atau 19 Mei 1917. Aisyiyah berfungsi sebagai platform bagi perempuan Muslim untuk mengembangkan peran mereka di bidang pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan, sejalan dengan tujuan Muhammadiyah. KH. Ahmad Dahlan meninggalkan banyak warisan keteladanan bagi para anggota Muhammadiyah.

Suatu ketika, ketika sekolah Muhammadiyah mengalami kekurangan dana untuk membayar gaji para pengajarnya dan memenuhi kebutuhan operasional, KH. Ahmad Dahlan mengambil inisiatif untuk melelang barang-barang dan alat-alat di rumahnya. Tindakan berani dan tulusnya itu menarik perhatian banyak orang, yang kemudian membeli barang-barang tersebut dengan harga tinggi dan mengembalikannya. Dari lelang ini, terkumpul uang sebesar F 4.000, jumlah yang jauh melampaui target awal dan sangat cukup untuk membayar gaji para guru serta memenuhi kebutuhan sekolah.

Pada tahun-tahun terakhir sebelum beliau meninggal, KH. Ahmad Dahlan tidak pernah menarik diri dari aktivitas dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Di tahun 1918, beliau berhasil mendirikan gerakan kepanduan yang diberi nama Hizbul Wathan, yang juga merupakan salah satu bagian dari sejarah Muhammadiyah. Selain itu, beliau juga membentuk Bagian Penolong Haji dan mengambil inisiatif untuk mendirikan mushola pertama yang dikhususkan bagi perempuan di Hindia-Belanda. Bahkan, dalam kondisi sakit mendekati rapat tahunan pada tahun 1923, KH. Ahmad Dahlan masih sempat mendirikan sebuah surau di Tretes, Pasuruan. Surau ini juga tercatat menjadi salah satu sejarah Muhammadiyah yang ada di kawasan Pasuruan.

Referensi: muhammadiyah.or.id

Donation

Buy author a coffee

Donate
Topik: muhammadiyahsejarah muhammadiyah
Share8Tweet5Share1
Yogi Arfan

Yogi Arfan

Kalau orang lain bisa, kenapa harus saya?

Related Posts

Image: Made by AI
Opini

Masa Depan Hukum Islam di Era Digital: Tantangan Muhammadiyah dan NU Menghadapi Gen Z, Alpha, dan Beta

oleh PasMu Media
28 Juni 2025
Photo Credits: Firnas Mutaqqin
Kabar

Ustaz Umar Efendi: Indonesia Kaya Raya tapi Salah Kelola, Mari Belajar dari Umar bin Abdul Aziz

oleh PasMu Media
28 Juni 2025
Photo Credits: Firnas Muttaqin
Kajian

Shalat Berjamaah dan Persatuan Umat Kunci Hidup Tertata

oleh PasMu Media
28 Juni 2025
Next Post
Photo credits: darifta

KB Menurut Muhammadiyah: Boleh, Asal dengan Syarat dan Ketentuan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Muhammadiyah Kota Pasuruan Siap Gelar Sholat Idul Adha, Ketahui Lokasi Sholat Terdekatmu

29 Mei 2025 - Updated On 30 Mei 2025

Guncang GOR Pasuruan! Penampilan Perdana Tim Drum Band SD Al Kautsar Langsung Borong Juara

1 Juni 2025
Image Pasmu

Masjid Al Kautsar Menjadi Saksi Mualafnya Ratih Purwasih, Hati Bergetar ketika Ia Mengucapkan Kalimat Syahadat

13 Juni 2025 - Updated On 14 Juni 2025
Foto: PDA Kota Pasuruan

Pemotongan Tumpeng Menandai Peresmian Gedung Sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal 3 Tembokrejo

1 Juni 2025
Image: Made by AI

Masa Depan Hukum Islam di Era Digital: Tantangan Muhammadiyah dan NU Menghadapi Gen Z, Alpha, dan Beta

28 Juni 2025
Photo Credits: Firnas Mutaqqin

Ustaz Umar Efendi: Indonesia Kaya Raya tapi Salah Kelola, Mari Belajar dari Umar bin Abdul Aziz

28 Juni 2025
Photo Credits: Firnas Muttaqin

Shalat Berjamaah dan Persatuan Umat Kunci Hidup Tertata

28 Juni 2025

Meluruskan Mitos Bulan Muharram: Menepis Anggapan Sial dalam Ajaran Islam

27 Juni 2025

© 2025 PasMu - Media Pencerahan

Navigate Site

  • Home
  • Privacy Policy
  • Tentang Kami

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

PasMU cerdas

PasMU Cerdas adalah kecerdasan buatan (AI) yang siap membantu kamu menjawab pertanyaan seputar Islam. Tapi perlu diketahui bahwa jawaban yang kami berikan belum tentu 100% benar.

No Result
View All Result
  • Kabar
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Islam
  • Khutbah

© 2025 PasMu - Media Pencerahan