• Kabar
  • Fakta Islam
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Unik

Topik Populer

  • Palestina
  • Dakwah
  • Perang Dagang

Ikuti kami

  • 12.8k Fans
  • 1.3k Followers
  • 2.4k Followers
  • 7.1k Subscribers
Pasmu
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
KONTRIBUSI
ArtMagz
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • Kabar
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Islam
  • Khutbah
Home Opini

Revolusi Ekologi from Zero to Zero dalam ‘Perspektif Islam’

Nurul Mawaridah oleh Nurul Mawaridah
6 bulan yang lalu
in Opini
1
Image: unity.edu

Image: unity.edu

6
SHARES
15
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
[post-views]

Di tengah gempuran kemajuan zaman, kita menyaksikan ironi yang memilukan: pencapaian manusia dalam bidang teknologi dan ekonomi justru berbanding lurus dengan kerusakan ekologis yang semakin merajalela. Revolusi industri memang membawa kita dari nol ke puncak produksi dan konsumsi, tetapi kini kita menyongsong kembali “nol”, bukan dalam makna awal yang penuh harapan, melainkan jurang kehancuran akibat krisis lingkungan. Inilah yang kita sebut sebagai “Revolusi Ekologi from Zero to Zero.” 

Namun, apakah ini akhir dari segalanya? Dalam perspektif Islam, justru di sinilah harapan bisa ditumbuhkan. Islam bukan hanya agama ibadah personal, melainkan juga sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan alam semesta secara menyeluruh dan penuh tanggung jawab. 

Titik Nol Pertama: Alam yang Suci dan Seimbang 

Ketika Allah SWT menciptakan langit dan bumi, Dia menjadikannya dalam keseimbangan. Dalam Surah Ar-Rahman ayat 7-9, Allah berfirman: 

“Dan langit telah Dia tinggikan dan Dia ciptakan keseimbangan (mizan). Supaya kamu jangan merusak keseimbangan itu. Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu.” 

Related Post

Peringati HAB ke-80, Kemenag Kota Pasuruan Lakukan Penanaman Pohon Matoa di Pondok Pesantren SPEAM

13 November 2025
image smpmuhadisa

Lawan Keterbatasan, Siswa SMP Muhadisa Gapai Impian lewat Pentas Seni dan Lomba Bahasa

4 November 2025

H. Djainuri Alief dan Hj. Mudjiati Dianugerahi Penghargaan MUI Kota Pasuruan atas Pengabdian dan Keteladanan

2 November 2025 - Updated On 3 November 2025

Wajibkah Kita Bermuhammadiyah di Tengah-Tengah Gempuran Kultus, Habib-Habiban, dan Feodalisme Pesantren?

28 Oktober 2025

Ayat ini bukan sekadar perintah moral, melainkan etika ekologis yang sangat tegas. Islam sejak awal mengajarkan bahwa alam bukanlah objek eksploitasi, melainkan amanah (trust) yang harus dijaga dan dilestarikan. Keseimbangan (mizan) adalah asas utama dari keberlangsungan hidup. Maka, titik nol pertama dari revolusi ekologis adalah momen ketika manusia masih hidup selaras dengan alam. 

Kemajuan tanpa Kendali: Menuju Titik Nol Kedua 

Sayangnya, modernitas yang dibanggakan justru membawa kita ke arah titik nol kedua: kehancuran ekologis. Perubahan iklim, polusi udara dan laut, deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, hingga kelangkaan air bersih adalah gejala-gejala dari keserakahan manusia. Revolusi industri yang mendorong manusia untuk “menguasai alam” secara tidak langsung mengingkari peran manusia sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi. 

Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 30: 

“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi…” 

Khalifah berarti pemimpin yang bertanggung jawab, bukan penjarah. Pemaknaan terhadap ayat ini harus dibumikan dalam konteks ekologi: bahwa manusia diberi mandat untuk menjaga bumi, bukan mengurasnya. 

Kapitalisme Ekstraktif dan Ketimpangan Ekologis 

Model pembangunan saat ini didorong oleh kapitalisme ekstraktif yaitu sistem ekonomi yang bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran demi akumulasi keuntungan. Akibatnya, tidak hanya lingkungan yang rusak, tetapi juga tercipta ketimpangan sosial yang akut. Rakyat kecil di pedalaman kehilangan tanahnya karena tambang, warga pesisir kehilangan hasil laut karena pencemaran, dan penduduk kota tercekik polusi. 

Dalam Islam, prinsip maslahah (kemanfaatan umum) dan la dharar wa la dhirar (tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain) menjadi dasar etis dalam segala kebijakan publik. Sayangnya, prinsip ini sering dikalahkan oleh logika keuntungan jangka pendek. 

Ekoteologi: Membangun Kesadaran Spiritual Lingkungan 

Dalam kerangka Islam Berkemajuan, kita perlu membangkitkan kembali nilai-nilai ekoteologi yaitu pemahaman spiritual tentang hubungan manusia dan alam. Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam hal ini. Beliau tidak pernah boros air, meskipun saat berwudhu di dekat sungai. Beliau melarang menebang pohon tanpa alasan, melindungi satwa, bahkan menjadikan tanah gersang sebagai wakaf pertanian. 

Islam tidak memisahkan antara ibadah ritual dan tanggung jawab sosial-lingkungan. Menjaga lingkungan adalah bentuk ibadah karena mencerminkan keimanan kepada Sang Pencipta. Dalam Surah Al-A’raf ayat 31, Allah memperingatkan: 

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” 

Konsumerisme berlebihan adalah akar masalah lingkungan hari ini. Maka, mengubah gaya hidup konsumtif menjadi hidup yang sederhana, hemat, dan berkelanjutan adalah bagian dari spiritualitas Muslim masa kini. 

Generasi Hijau: Jalan Keluar dari Krisis 

Solusi tidak akan datang dari atas semata, tetapi dari bawah, dari perubahan paradigma dan gerakan kolektif umat. Generasi muda Muslim harus menjadi “generasi hijau” yang peduli lingkungan dan aktif dalam inisiatif ekologis. Gerakan menanam pohon, pengelolaan sampah berbasis komunitas, energi terbarukan, serta edukasi lingkungan harus menjadi bagian dari dakwah sosial. 

Majelis-majelis taklim, pesantren, masjid, dan sekolah Islam harus menjadi pusat pembentukan kesadaran ekologis. Jika umat Islam sungguh-sungguh memahami bahwa bumi ini adalah titipan Allah, maka kita takkan mudah merusaknya. 

“From Zero to Zero” bukan berarti siklus kehancuran yang tak terelakkan, tetapi bisa menjadi momen refleksi spiritual dan sosial. Islam memberi jalan keluar: kesalehan individual yang menyatu dengan kesalehan ekologis. Inilah saatnya kita tidak hanya bicara surga akhirat, tetapi juga menciptakan “surga dunia” dalam bentuk bumi yang lestari, adil, dan penuh rahmat. 

Revolusi ekologi harus dimulai dari hati yang bersih, akal yang tercerahkan, dan iman yang bersemayam dalam laku hidup. Jika kita gagal, maka krisis ini bukan lagi soal lingkungan semata, tetapi kegagalan kita sebagai hamba dan khalifah. Mari kembali ke nol, bukan sebagai kehancuran, tetapi sebagai titik balik menuju peradaban hijau Islam berkemajuan. Wallahu a’lam. 

Donation

Buy author a coffee

Donate
Topik: ekologiislamlingkunganmuhammadiyah
Share2Tweet2Share
Nurul Mawaridah

Nurul Mawaridah

Related Posts

Kabar

Peringati HAB ke-80, Kemenag Kota Pasuruan Lakukan Penanaman Pohon Matoa di Pondok Pesantren SPEAM

oleh PasMu Media
13 November 2025
image smpmuhadisa
Kabar

Lawan Keterbatasan, Siswa SMP Muhadisa Gapai Impian lewat Pentas Seni dan Lomba Bahasa

oleh PasMu Media
4 November 2025
Bapak Dr. H. Abu Nasir, mewakili keluarga Bapak H. Djainuri (alm.), dan Ibu Ninis, mewakili Ibu Hj. Faruq (almh.), menerima penghargaan dari MUI Kota Pasuruan. foto istimewa
Kabar

H. Djainuri Alief dan Hj. Mudjiati Dianugerahi Penghargaan MUI Kota Pasuruan atas Pengabdian dan Keteladanan

oleh Nur Yasin
2 November 2025 - Updated On 3 November 2025
Next Post
Image: Istimewa

Rombongan MPKSDI PDM Kota Pasuruan Ikuti Pelatihan Instruktur MPKSDI PWM Jatim 2025 di UM Jember

Comments 1

  1. Sri Endang P I says:
    5 bulan yang lalu

    Prihatin banget kl lht orang tidak peduli dengan lingkungan nya

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Tak Disangka! Ibu Wali Kota serta Ibu Kapolres Turun Gunung Temani Siswa SD Al Kautsar Belajar di Alam!

6 November 2025

Merajut Persatuan Umat, PDM dan Ahlul Bait Indonesia Pasuruan Jajaki Kolaborasi Dakwah

4 November 2025 - Updated On 5 November 2025

Wajibkah Kita Bermuhammadiyah di Tengah-Tengah Gempuran Kultus, Habib-Habiban, dan Feodalisme Pesantren?

28 Oktober 2025
3i/atlas

Komet 3I/ATLAS dan Ketidaksiapan Umat Manusia Menyambut Tamu Kosmik

1 November 2025

Ternyata Otak Bisa Dilatih Ulang! Rahasia di Balik Kebiasaan Kecil yang Mengubah Hidup

13 November 2025

Peringati HAB ke-80, Kemenag Kota Pasuruan Lakukan Penanaman Pohon Matoa di Pondok Pesantren SPEAM

13 November 2025

Jumat Penuh Berkah! Suasana Maghrib di Panti Darul Arqom yang Syahdu, Ini Pesan Menyentuh dari Suyatno, S.Pd

7 November 2025

Santri SPEAM, Ungkap Data Nyata Kerusakan Alam di dalam Khutbah Jumat

7 November 2025

© 2025 PasMu - Media Pencerahan

Navigate Site

  • Home
  • Privacy Policy
  • Tentang Kami

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

PasMU cerdas

PasMU Cerdas adalah kecerdasan buatan (AI) yang siap membantu kamu menjawab pertanyaan seputar Islam. Tapi perlu diketahui bahwa jawaban yang kami berikan belum tentu 100% benar.

No Result
View All Result
  • Kabar
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Islam
  • Khutbah

© 2025 PasMu - Media Pencerahan