Pasuruan, 19 September 2025 – Muhammad Raizel Zaidan Al Rizki, dalam khutbah Jumatnya di Masjid At-Taqwa, Jagalan, mengingatkan jamaah akan pentingnya menjaga adab dan etika dalam bergurau sesuai ajaran Islam. Ia menegaskan bahwa gurauan yang tidak berlebihan dapat menjadi hiburan dan sarana mempererat persaudaraan, bukan sebaliknya.
Mengawali khutbahnya, Ustadz Zaidan mengutip kisah Rasulullah SAW yang dikenal memiliki selera humor. Kisah ini adalah tentang seorang nenek tua yang meminta didoakan agar masuk surga. Rasulullah SAW dengan lembut menjawab, “Wahai ibu si Anu, sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua.” Jawaban ini membuat nenek tersebut menangis. Namun, Nabi Muhammad SAW segera menjelaskan bahwa wanita itu tidak akan masuk surga dalam keadaan tua renta, melainkan akan diubah menjadi gadis-gadis perawan yang penuh cinta dan sebaya umurnya, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Waqi’ah. Kisah ini menjadi contoh bahwa humor Rasulullah SAW selalu dilandasi kebenaran dan kasih sayang.
Lebih lanjut, khatib menjelaskan enam rambu utama dalam bersenda gurau yang harus dipegang teguh oleh setiap Muslim. Rambu-rambu ini berfungsi sebagai panduan agar gurauan tidak melampaui batas syariat dan etika.
Pertama, tidak berbohong. Gurauan harus dilandasi kejujuran, karena Rasulullah SAW bersabda, “Aku hanya bergurau, tapi aku selalu berkata benar.”
Kedua, tidak menakut-nakuti. Dilarang menakut-nakuti sesama Muslim, bahkan dalam bercanda. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW melarang seorang Muslim mengacungkan senjata tajam kepada saudaranya, meskipun dalam gurauan, karena perbuatan itu dilaknat oleh malaikat.
Ketiga, tidak mengambil barang orang lain. Bercanda dengan menyembunyikan atau mengambil barang orang lain adalah perbuatan yang dilarang. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak boleh seorang dari kalian mengambil barang saudaranya, baik bercanda maupun serius.”
Keempat, tidak terlalu banyak tertawa. Tertawa yang berlebihan dapat “mematikan hati.” Ustadz Zaidan mengutip hadis yang mengingatkan bahwa terlalu banyak tawa bisa membuat hati menjadi keras dan jauh dari kepekaan spiritual.
Kelima, tidak mengolok-olok agama. Mengguraukan atau mempermainkan agama dan ajaran Rasulullah SAW adalah dosa besar. Sebagaimana firman Allah dalam Surah At-Taubah, mengolok-olok agama dapat menyebabkan kekufuran.
Terakhir, menggunakan perkataan yang baik. Gurauan haruslah disampaikan dengan kata-kata yang baik, tidak menghina, dan tidak merendahkan orang lain. Akhlak mulia harus tercermin dalam setiap ucapan, termasuk dalam gurauan.
Ustadz Zaidan menutup khutbahnya dengan mengajak seluruh jamaah untuk senantiasa berhati-hati dalam bertutur kata, memperbaiki akhlak, dan menjadikan gurauan sebagai sarana mempererat persaudaraan, bukan sebaliknya.
*) Penulis : Firnas Muttaqin
*) Editor : Marjoko