• Kabar
  • Fakta Islam
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Unik

Topik Populer

  • Palestina
  • Dakwah
  • Perang Dagang

Ikuti kami

  • 12.8k Fans
  • 1.3k Followers
  • 2.4k Followers
  • 7.1k Subscribers
Pasmu
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
KONTRIBUSI
ArtMagz
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • Kabar
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Islam
  • Khutbah
Home Opini

Wakanda, Konoha, dan One Piece: Satire Politik dalam Balutan Karya Fiksi

Marjoko oleh Marjoko
14 jam yang lalu
in Opini
0
6
SHARES
15
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
[post-views]

Fenomena penggunaan simbol-simbol fiksi seperti Wakanda, Konoha, dan kini Jolly Roger untuk mengkritik kondisi Indonesia adalah cerminan kecerdasan dan kreativitas generasi digital. Narasi kritik yang disampaikan tidak lagi terbatas pada bahasa formal atau demonstrasi fisik, tetapi juga melalui metafora yang diambil dari budaya populer yang akrab bagi mereka. Penggunaan simbol-simbol ini bukan sekadar lelucon atau bentuk eskapisme, melainkan alat komunikasi yang efektif untuk menyuarakan ketidakpuasan terhadap realitas sosial dan politik.

Ketika Wakanda disandingkan dengan Indonesia, pesan yang tersirat begitu menusuk: mengapa negara yang kaya sumber daya alam justru kesulitan menyejahterakan rakyatnya? Wakanda, dengan vibraniumnya yang dikelola mandiri untuk kemajuan bangsa, menjadi antitesis bagi negara yang kekayaan alamnya justru seringkali dieksploitasi oleh pihak asing, atau dinikmati oleh segelintir elite.

Ini adalah kritik terhadap kedaulatan ekonomi dan pengelolaan sumber daya, mengingatkan bahwa kemerdekaan sejati adalah ketika sebuah bangsa mampu berdiri di atas kakinya sendiri, tanpa harus tunduk pada intervensi dari luar. Selain itu Digunakannya istilah Wakanda yang makmur dan kaya sebagai plesetan kata Indonesia bertujuan untuk menghindari Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) atau Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 yang mengatur tentang informasi serta transaksi elektronik, atau teknologi informasi secara umum.

Kemudian, Indonesia sering disamakan dengan desa fiksi Konoha dari serial Naruto karena kemiripan para pemimpinnya. Konoha memiliki tujuh Hokage, mirip dengan Indonesia yang sudah dipimpin oleh beberapa presiden. Soekarno, presiden pertama, disamakan dengan Hashirama karena keduanya pendiri negara dan tegas. Soeharto mirip Tobirama, yang membantu pemimpin pertama. B.J. Habibie dan Hiruzen sama-sama dikenal cerdas. Gus Dur seperti Minato, yang rela mundur demi perdamaian.

Related Post

Anak Kiai vs Anak Hokage: Siapa yang Lebih Cuma Andalkan Nama Orang Tua?

25 Juni 2025

Di Langit Kashmir, Tembakan Itu Bukan Lagi Milik Dua Negara

22 Mei 2025

Megawati mirip Tsunade karena sama-sama perempuan pertama yang memimpin dan merupakan keturunan pemimpin pertama.Tak hanya itu, Susilo Bambang Yudhoyono juga memiliki kemiripan dengan Kakashi Hatake sebagai pemimpin keenam Konoha. Pasalnya, keduanya sama-sama berasal dari lingkungan militer.

Sedangkan, untuk Presiden Joko Widodo dianggap memiliki kesamaan dengan Naruto Uzumaki karena memiliki tujuan yang sama, yaitu menciptakan kedamaian di negara lain. Istilah Konoha sama seperti Wakanda yaitu, bertujuan untuk menghindari Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) atau Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 yang mengatur tentang informasi serta transaksi elektronik.

Yang paling baru dan mencolok adalah munculnya bendera Jolly Roger, simbol bajak laut dari One Piece, yang dikibarkan di tengah perayaan kemerdekaan. Ini bukan sekadar tindakan provokatif, melainkan pernyataan sikap yang kuat. Dalam One Piece, bajak laut adalah simbol perlawanan terhadap pemerintahan dunia yang korup dan manipulatif. Dengan mengasosiasikan lambang ini dengan Indonesia, netizen seakan menyiratkan bahwa kemerdekaan yang dirayakan belum sepenuhnya terasa adil. Mereka melihat bahwa sistem kekuasaan sering kali dijalankan oleh “Marine” dalam artian kiasan Pemerintah Dunia: mereka yang serakah, hanya mementingkan kekuasaan, dan mengabaikan aspirasi rakyat.

Penggunaan simbol-simbol ini menunjukkan adanya pergeseran cara pandang dalam menyampaikan kritik. Generasi muda tidak lagi menunggu platform formal untuk menyampaikan pendapat mereka. Mereka menciptakan ruang diskursus sendiri melalui media sosial, menggunakan bahasa yang mereka pahami dan nikmati. Narasi fiksi tidak lagi hanya sekadar hiburan, tetapi telah bertransformasi menjadi alat untuk membedah kenyataan.

Ke depannya, sangat mungkin simbol-simbol dari semesta fiksi lain seperti Attack on Titan yang membahas otoritarianisme, Black Mirror yang mengkritik teknologi dan dampaknya, atau My Hero Academia yang mengeksplorasi isu keadilan dan kekuatan, akan turut digunakan.

Hal ini membuktikan bahwa batas antara fiksi dan realitas semakin kabur dalam upaya manusia untuk memahami dan mengkritik dunia di sekitarnya. Kritik ini bukan hanya sekadar protes, tetapi juga sebuah pernyataan bahwa mereka peduli, dan mereka memilih cara yang paling efektif dan relevan bagi generasi mereka untuk menyuarakan kepedulian tersebut.

Donation

Buy author a coffee

Donate
Topik: narutoone pieceopinisatirewakanda
Share2Tweet2Share
Marjoko

Marjoko

Related Posts

Opini

Anak Kiai vs Anak Hokage: Siapa yang Lebih Cuma Andalkan Nama Orang Tua?

oleh Marjoko
25 Juni 2025
Opini

Di Langit Kashmir, Tembakan Itu Bukan Lagi Milik Dua Negara

oleh Marjoko
22 Mei 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Siap Tempur! 31 Atlet Tapak Suci Kota Pasuruan Buru Medali di Kejuaraan Bergengsi Nasional!

28 Juli 2025

Bukan Kaleng-Kaleng! Atlet Tapak Suci Kota Pasuruan Borong Berbagai Medali, Ini Daftarnya!

30 Juli 2025

Transformasi Hebat! PCM Gadingrejo Ubah Semak Jadi Ladang Bisnis di Pesantren SPEAM Putri

27 Juli 2025 - Updated On 28 Juli 2025

Kajian Ahad Pagi Berkah Ganda: Dapat Ilmu dan Oleh-oleh Sayur Segar

27 Juli 2025 - Updated On 29 Juli 2025

Wakanda, Konoha, dan One Piece: Satire Politik dalam Balutan Karya Fiksi

6 Agustus 2025

Royalti Musik Diperketat! Restoran Kini Pilih Diam daripada Putar Lagu?

5 Agustus 2025

Jolly Roger One Piece, Budaya Pop yang Satire Pemerintah

4 Agustus 2025
Image: Julia Goddard/Armstrong Institute of Biblical Archaeology

Siapa Nama Fir’aun Zaman Nabi Musa? Ini 2 Kandidatnya

3 Agustus 2025

© 2025 PasMu - Media Pencerahan

Navigate Site

  • Home
  • Privacy Policy
  • Tentang Kami

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

PasMU cerdas

PasMU Cerdas adalah kecerdasan buatan (AI) yang siap membantu kamu menjawab pertanyaan seputar Islam. Tapi perlu diketahui bahwa jawaban yang kami berikan belum tentu 100% benar.

No Result
View All Result
  • Kabar
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Islam
  • Khutbah

© 2025 PasMu - Media Pencerahan