Kisah keteladanan Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim Alaihissalam (AS), menjadi fondasi sejarah penting dalam Islam, terutama terkait kelahiran sumur Zamzam dan ritual Sa’i yang abadi dalam ibadah haji dan umrah. Dialog panjang yang menggambarkan perjalanan penuh hikmah ini menyimpan pelajaran mendalam tentang ketaatan, kepasrahan kepada Allah, dan mukjizat Ilahi.

Ditinggalkan di Lembah Gersang
Cerita bermula ketika Nabi Ibrahim AS mendapat perintah Allah untuk membawa Siti Hajar dan putra mereka yang masih bayi, Ismail AS, ke sebuah lembah tandus di Bakkah (Mekkah). Saat itu, Mekkah hanyalah padang pasir gersang, tanpa tanda kehidupan, manusia, pepohonan, atau hewan. Dengan berat hati namun penuh kepatuhan, Ibrahim meninggalkan istri dan anaknya di lokasi yang kini menjadi pusat peradaban Islam itu.
“Turunlah di sini. Aku tinggalkan kau di sini,” ucap Ibrahim sebelum berbalik pergi. Siti Hajar, meski bingung dan cemas, tidak memprotes atau banyak bertanya. Ketaatannya pada suami yang saleh dan keyakinannya pada perintah Allah menjadi kekuatannya. Hanya ketika Ibrahim mulai menjauh, Hajar menyusul dan bertanya, “Wahai Ibrahim, mengapa kau tinggalkan kami di lembah tanpa manusia, tanpa hewan, tanpa tumbuhan?” Ibrahim hanya terdiam menahan tangis, mengingat perintah Allah yang mutlak.
Ikhtiar, Doa, dan Lahirnya Zamzam
Ditinggal dengan bekal air dan makanan terbatas, Siti Hajar berikhtiar mencari pertolongan. Dia mendaki bukit Safa, memandang ke arah Marwah, berharap melihat tanda kehidupan atau kafilah. Fatamorgana membuatnya mengira ada air di Marwah. Dengan berlari kecil (karena kondisi darurat), Hajar bolak-balik antara Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali, menempuh jarak sekitar 3,5 km dalam kondisi terik dan gersang.
Usaha maksimalnya berbuah ketika dia kembali ke tempat Ismail ditinggalkan. Di dekat kaki sang bayi, muncul keajaiban: mata air jernih menyembur. Dengan sigap, Hajar membendung air itu sambil berkata, “Zam! Zam!” (Berkumpullah! Berkumpullah!). Kata-kata sederhana ini menjadi nama abadi: Sumur Zamzam.
Mukjizat yang Abadi dan Berkah yang Mengalir
Ketaatan dan keikhlasan Siti Hajar berbuah pahala tak terhingga. Allah SWT mengabadikan usahanya:
- Ritual Sa’i: Lari-lari kecil antara Safa dan Marwah yang dilakukan Hajar menjadi rukun wajib haji dan umrah. Setiap jamaah yang melaksanakan Sa’i hingga kini, pahalanya mengalir kepada Siti Hajar.
- Air Zamzam: Mata air yang muncul secara mukjizat itu terus mengalir hingga kini, menjadi air penuh berkah yang dikonsumsi jutaan jamaah setiap tahun. Keberadaannya yang tak pernah kering meski dikuras terus-menerus adalah bukti kuasa Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda tentang keutamaannya: “Air Zamzam itu sesuai dengan niat orang yang meminumnya” (HR Ibnu Majah).
- Kelahiran Kota Mekkah: Keberadaan air Zamzam menarik perhatian kafilah Suku Jurhum yang melintas. Mereka meminta izin tinggal di dekat mata air itu dan membayar upeti kepada Hajar. Permukiman pertama pun terbentuk, menjadi cikal bakal Kota Mekkah yang mulia.
Kisah yang Terus Mengalir
Keteladanan Siti Hajar mengajarkan:
- Kepatuhan Mutlak pada Perintah Allah: Tanpa banyak bertanya “mengapa”, Hajar menjalankan perintah melalui suaminya dengan penuh keyakinan.
- Ikhtiar Maksimal diiringi Tawakkal: Usaha lari bolak-balik tujuh kali menunjukkan ikhtiar maksimal manusia, diikuti kepasrahan total pada kehendak Allah.
- Berkah Ketaatan yang Abadi: Amal kecil yang ikhlas karena Allah bisa menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir hingga kiamat, seperti Sa’i dan penyebutan nama Zamzam.
Kisah Siti Hajar, Nabi Ibrahim, dan Ismail AS di lembah Mekkah bukan sekadar sejarah. Ia adalah fondasi spiritual ibadah haji, simbol keimanan, dan bukti nyata bahwa ketaatan dan kesabaran menghadapi ujian akan diganjar Allah dengan solusi dan keberkahan yang melampaui akal manusia. Air Zamzam yang terus mengalir dan jutaan jamaah yang berlari-lari kecil antara Safa-Marwah setiap tahunnya menjadi saksi abadi mukjizat dari seorang ibu yang taat.

Pada musim haji 1446 Hijriyah ini, jutaan jamaah dari berbagai penjuru dunia kembali memadati Tanah Suci, menapaktilasi jejak Siti Hajar dalam ritual Sa’i antara bukit Safa dan Marwah, serta meminum air Zamzam yang penuh berkah. Mereka bukan hanya menunaikan kewajiban syariat, tetapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai spiritual dari keteladanan seorang ibu yang tabah, taat, dan berserah sepenuhnya kepada kehendak Allah. Ibadah haji tahun ini menjadi momentum untuk merenungi bahwa setiap langkah Sa’i dan setiap tegukan Zamzam adalah bentuk penghormatan atas ikhtiar dan keimanan yang melintasi zaman.