Nepal, Gelombang demonstrasi besar-besaran melanda Nepal, dipicu oleh kemarahan rakyat terhadap praktik korupsi dan nepotisme yang merajalela di kalangan pejabat pemerintah. Aksi protes yang berujung tragis dengan penembakan oleh aparat keamanan ini telah menewaskan sedikitnya 19 orang demonstran dan memicu pengunduran diri Perdana Menteri dan Presiden Nepal.
Akar kemarahan publik berawal dari viralnya di media sosial aksi pejabat Nepal yang memamerkan kekayaan dan gaya hidup mewah (flexing), yang diduga kuat berasal dari uang hasil korupsi. Bukannya transparan, pemerintah justru merespons dengan membatasi akses informasi dengan memblokir sejumlah platform media sosial, termasuk WhatsApp, Instagram, dan YouTube. Langkah ini bukannya meredam, malah semakin menyulut amarah warga.
Uniknya, gerakan protes di Nepal disebut-sebut terinspirasi oleh demonstrasi serupa yang pernah terjadi di Indonesia. Para demonstran pun mengadopsi simbol-simbol perlawanan yang populer, salah satunya dengan membawa bendera dari manga dan anime Jepang terkenal, One Piece, yang kerap mengusung tema perlawanan terhadap tirani dan perjuangan untuk keadilan.
Tuntutan massa jelas, mengakhiri praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang telah menggerogoti negara. Namun, eskalasi terjadi ketika aparat kepolisian melakukan tindakan kekerasan dengan menembaki massa demonstran. Insiden penembakan itu menewaskan 19 orang dan memicu kemarahan yang lebih luas.
Amukan massa tidak terbendung. Sebagai bentuk protes atas kematian para demonstran, rakyat membakar Gedung Parlemen dan sejumlah rumah milik pejabat. Nepal pun dilanda krisis politik terberat dalam beberapa tahun terakhir.
Tekanan rakyat yang begitu besar akhirnya berujung pada keputusan Perdana Menteri dan Presiden Nepal untuk mengundurkan diri. Peristiwa ini menjadi bukti nyata bahwa dalam sebuah demokrasi, kedaulatan tertinggi sebenarnya berada di tangan rakyat. Kekuasaan yang abai terhadap suara dan penderitaan rakyat pada akhirnya akan tumbang oleh kekuatan rakyat itu sendiri.
Saat ini, Nepal berada dalam kondisi genting menanti kelanjutan proses transisi kekuasaan. Dunia internasional mengawasi dengan cermat, berharap krisis di Nepal dapat diselesaikan secara damai dan demokratis tanpa lagi menelan korban jiwa.