Pasuruan, 7 November 2025 – Suasana Masjid At-Taqwa Jagalan, Pasuruan, mendadak hening dan khusyuk saat khutbah Jumat disampaikan oleh seorang khatib muda, Muhammad Galih, siswa kelas XI Pesantren SPEAM Pasuruan. Dalam khutbah yang penuh data dan peringatan keras itu, Galih menggugah jamaah untuk menyadari ancaman nyata kerusakan bumi akibat ulah manusia.
Khutbah diawali dengan wasiat takwa, mengutip perintah Allah dalam QS. An-Nisa ayat 131 tentang pentingnya menjaga ketakwaan. Namun, Galih kemudian membawa jamaah pada refleksi yang lebih dalam tentang kondisi bumi yang semakin tua dan dua komponen vital kehidupan, udara dan air, yang kini berada di ambang krisis.
Dengan gaya lugas dan tegas, Galih memaparkan data mengejutkan mengenai penyebab utama emisi gas rumah kaca. Menurutnya, industri peternakan justru menjadi penyumbang terbesar, mencapai 18 persen, melampaui gabungan emisi seluruh transportasi dunia yang hanya 13 persen. Ia menjelaskan bahwa gas Metana dan Nitro Dioksida memiliki efek pemanasan jauh lebih kuat dibanding Karbon Dioksida, masing-masing 79 kali dan 290 kali lipat. Emisi ini, katanya, secara langsung mengubah siklus hidrologi dan memperparah krisis air bersih di dua pertiga wilayah dunia.
Galih kemudian mengutip Surah Ar-Rum ayat 41 sebagai dasar teologis bahwa kerusakan di darat dan laut adalah akibat perbuatan manusia. Ia menjelaskan dua penyebab utama kerusakan bumi berdasarkan pandangan ulama, yaitu penyebab spiritual berupa kemaksiatan dan syirik yang mengundang bencana, serta penyebab fisik seperti penebangan liar, hilangnya ruang hijau, dan pencemaran udara.
Menutup khutbahnya, Galih menawarkan tiga langkah nyata bagi masyarakat untuk memulihkan bumi: menjaga ekosistem tanpa merusak keseimbangan alam, mengurangi sampah plastik, dan melakukan rehabilitasi lingkungan melalui penanaman kembali pohon. Ia mengakhiri khutbah dengan doa agar kesadaran kolektif ini tumbuh di hati umat, menjadikan bumi kembali aman, bersih, dan diberkahi.
Khutbah dari siswa muda ini menjadi tamparan lembut sekaligus pengingat keras bahwa menjaga lingkungan bukan sekadar tanggung jawab sosial, tetapi juga bagian dari ibadah dan manifestasi ketakwaan kepada Allah SWT.
Editor: Marjoko













