PASURUAN, 10 Juli 2025 – Dalam pengajian rutin Kamis Malam Jumat di Masjid At-Taqwa Jagalan, Kota Pasuruan, Ustadz Umar Efendi mengajak jamaah untuk mendalami pemahaman Islam yang dinamis dan relevan dengan zaman. Beliau menyoroti pentingnya menyelaraskan pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an (ayat qauliyah) dengan realitas sosial dan alam semesta (ayat kauniyah) untuk membentuk karakter Muslim yang berilmu dan rendah hati.
Fiqih yang Berkembang: Dari Talak hingga Tradisi Kematian
Ustadz Umar Efendi menjelaskan bahwa ilmu fiqih, atau hukum Islam, bukanlah sesuatu yang kaku. Ia mencontohkan perubahan pandangan dalam mazhab Syafii terkait hukum talak. Dahulu, talak satu dianggap normal, namun dalam kitab-kitab kontemporer seperti “Tahrir Al-Qoul Al-Jadid” karya Imam Syafii, menalak istri tanpa tujuan jelas dan dalam jangka waktu lama dapat dianggap terlarang karena berpotensi melahirkan niat buruk. Ini menunjukkan adaptasi hukum terhadap konteks sosial.
Pembahasan juga menyentuh tradisi peringatan kematian pada hari ke-7, 40, 100, hingga 1000.
Ustadz Umar menjelaskan bahwa praktik semacam “membeli tangisan” atau perayaan besar saat kematian sudah ada sejak zaman jahiliah pra-Islam di suku Quraisy, namun tidak lagi dipraktikkan di masa Rasulullah. Meskipun demikian, dalam diskusi ulama Indonesia (Bahtsul Masail), praktik ini sering dianggap makruh atau bahkan bid’ah.
“Mengapa saya membahas ini? Kita hanya perlu berpikir. Itu ilmunya,” tegas Ustadz Umar, menggarisbawahi bahwa perbedaan pandangan ini memerlukan pengetahuan mendalam, bukan penolakan buta.
Ia juga mengingatkan bahwa terjemahan istilah fiqih ke dalam bahasa Indonesia sering kali melembutkan makna aslinya, sehingga studi mendalam sangatlah penting.
Membaca Ayat Kauniyah: Memahami Kebesaran Allah di Alam Semesta
Lebih lanjut, Ustadz Umar Efendi mengajak jamaah untuk tidak hanya terpaku pada ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi juga merenungkan ayat kauniyah—tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta. Mengutip perintah “Iqra'” (bacalah) dalam Al-Qur’an, beliau menegaskan bahwa membaca bukan hanya terbatas pada teks, melainkan juga pada alam raya.
Sebagai contoh, pembangunan piramida di Mesir, ribuan tahun sebelum Masehi, adalah bukti nyata kecerdasan manusia yang menerapkan ilmu fisika dan matematika (seperti teorema Pythagoras, sinus, kosinus) untuk mencapai presisi luar biasa. “Alam semesta itu namanya ayat kauniyah,” jelasnya.
Ia juga menyebut Raja Namrud sebagai sosok kuno yang merupakan ahli kimia, fisika, dan astronomi, mampu menciptakan keajaiban seperti taman gantung.
Ustadz Umar menekankan bahwa pemahaman ayat kauniyah membantu umat membaca psikologi masyarakat dan dinamika kehidupan. Beliau mengkritik mereka yang hanya fokus pada ibadah ritual namun abai terhadap ilmu-ilmu umum atau pemahaman sosial, yang dapat menyebabkan kesalahan fatal, seperti dalam kasus pembagian warisan yang tidak adil akibat kurangnya pemahaman fiqih secara komprehensif.
Menjaga Kerendahan Hati dan Mendorong Dialog
Pentingnya kerendahan hati juga ditekankan oleh Ustadz Umar Efendi. Merenungi kebesaran alam semesta akan menumbuhkan kesadaran akan kecilnya diri manusia di hadapan Allah. “Kita tidak sombong. Tidak merasa lebih baik. Karena yang punya hak besar hanya Allah SWT,” ujarnya. Sikap sombong, seperti Iblis atau Abu Jahal yang menolak kebenaran karena merasa lebih mulia, adalah penghalang utama.
Dalam interaksi sosial dan keagamaan, Ustadz Umar mendorong dialog dan keterbukaan. Ia mengapresiasi budaya dialog di kalangan ulama Muhammadiyah, seperti kisah KH. Ahmad Dahlan yang menerima masukan dari jemaah terkait ceramah Surat Al-Ma’un, atau ketika Ustadz Muhammad diingatkan jemaah saat terlambat khotbah Jumat.
“Di lingkungan Ustadz Muhammadiyah atau Kiai-kiai Muhammadiyah ada dialog,” pungkasnya. Ini menjadi teladan bahwa kejujuran, kritik santun, dan kesediaan untuk menerima masukan adalah kunci dalam membangun harmoni dan kemajuan, baik dalam beragama maupun bermasyarakat. Beliau menutup tausiahnya dengan pesan untuk selalu menjaga kesederhanaan dan tidak mempertontonkan kelebihan diri, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah.