Pasuruan, 4 Desember 2025 – Suasana di TK Al Kautsar, Kota Pasuruan, berubah drastis pada awal pekan ini. Biasanya halaman sekolah dipenuhi tawa riang, nyanyian, dan gerak tarian anak-anak. Namun pada Senin itu suasana mendadak sunyi. Para siswa duduk rapi menyimak sebuah tayangan yang jauh dari nuansa ceria. Di layar, terpampang detik-detik evakuasi korban bencana serta visual kondisi para penyintas yang harus menjalani amputasi. Ustazah Rosi, yang memimpin sesi tersebut, menyebutnya sebagai “terapi kejut”, sebuah metode yang sengaja dipilih untuk mengajak anak-anak melihat sisi lain dari kehidupan—realitas yang mungkin belum pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Langkah itu merupakan bagian dari program “Darurat Bencana Aceh, Sumut, dan Sumbar”, sebuah inisiatif kolaboratif antara TK Al Kautsar dan Kantor Layanan (KL) Lazismu Al Kautsar. Program ini dirancang untuk menggalang kepedulian sekaligus donasi guna membantu warga di tiga daerah yang tengah dilanda bencana. Di tengah usia para siswa yang masih sangat belia, sekolah berupaya menghadirkan edukasi kebencanaan secara konkret, agar mereka memahami bahwa kepedulian tidak hanya diajarkan lewat kata-kata, tetapi juga melalui pengalaman emosional.
Kepala TK Al Kautsar, Ustazah Rini, menegaskan bahwa metode tersebut dipilih dengan pertimbangan khusus. Ia menyadari bahwa pendekatan visual yang cukup “ngeri” dapat menimbulkan kejutan, tetapi ia percaya itu merupakan cara efektif untuk menanamkan empati yang lebih tajam. Menurutnya, anak-anak sering kali lebih mudah memahami situasi apabila melihatnya secara langsung, meski dalam bentuk video. “Tujuannya mengajarkan tanggap bencana, rasa syukur, dan welas asih pada sesama. Kita ingin mereka tahu bahwa di luar sana ada orang-orang yang sedang berjuang untuk hidup,” ujarnya.
Reaksi para siswa tidak seperti yang dikhawatirkan sebagian orang. Alih-alih ketakutan atau bingung, banyak dari mereka justru menunjukkan rasa ingin tahu dan keinginan kuat untuk membantu. Beberapa anak bahkan langsung meminta celengan mereka di rumah untuk dikosongkan demi disumbangkan. Para guru menyaksikan sendiri bagaimana tatapan iba para siswa berubah menjadi dorongan nyata untuk berbagi.
Hasilnya sungguh di luar dugaan. Strategi “terapi kejut” tersebut berhasil menyalakan antusiasme donasi secara cepat. Hingga Kamis, 4 Desember 2025, total dana yang terkumpul mencapai Rp 6.516.000. Jumlah itu dianggap luar biasa, mengingat penggalangan dilakukan oleh anak-anak usia 4–6 tahun hanya dalam waktu beberapa hari. Donasi itu terkumpul dari berbagai bentuk pemberian, mulai dari uang saku harian, tabungan pribadi, hingga pemberian ikhlas yang mereka minta langsung dari orang tua di rumah.
Koordinator KL Lazismu Al Kautsar, Nugroho, tidak menutupi kekagumannya ketika mengetahui capaian tersebut. Ia menyebut TK Al Kautsar sebagai mitra penyumbang terbesar pada penggalangan donasi untuk respon bencana kali ini. “Ini rekor sementara. Ruang berlebih yang diberikan sekolah menjadikan mereka juara donasi hari ini,” katanya. Nugroho menilai bahwa dukungan total dari pihak sekolah—mulai dari guru hingga orang tua—membuat proses edukasi dan penggalangan donasi berjalan efektif.
Bagi TK Al Kautsar, keberhasilan ini bukan hanya tentang jumlah dana yang terkumpul, tetapi juga tentang nilai yang tertanam. Para guru berharap pengalaman ini menjadi fondasi bagi para siswa untuk tumbuh menjadi pribadi yang peka terhadap penderitaan dan kebutuhan orang lain. Melalui momen sederhana namun berdampak besar ini, mereka ingin menegaskan bahwa empati tidak mengenal usia, dan bahwa tangan-tangan kecil pun mampu menghadirkan kebaikan besar bagi sesama.














