Bulan Muharram, awal dari kalender Hijriah, kerap diselimuti dengan berbagai mitos dan anggapan keliru di sebagian kalangan umat Islam. Salah satu keyakinan yang paling mengakar adalah anggapan bahwa Muharram adalah bulan sial atau membawa kemalangan. Akibatnya, banyak yang enggan melangsungkan pernikahan, pindah rumah, memulai usaha, atau melakukan aktivitas penting lainnya karena khawatir akan tertimpa kesialan. Keyakinan semacam ini, yang sayangnya masih dipegang teguh oleh sebagian masyarakat, jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar ajaran Islam.
Tidak Ada Hari atau Bulan Sial dalam Islam
Islam adalah agama yang mengajarkan optimisme, tawakal, dan keyakinan penuh kepada Allah SWT. Dalam syariat Islam, tidak dikenal adanya konsep hari, tanggal, atau bulan sial. Setiap waktu yang diciptakan Allah adalah baik dan memiliki potensi keberkahan. Anggapan sial atau tathayyur (keyakinan terhadap pertanda buruk) adalah sebuah bentuk kesyirikan kecil yang dapat mengikis keimanan seseorang.
Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis Nabi Muhammad ﷺ dari ‘Abdullah bin Mas’ud, yang secara marfu’ (sampai kepada Rasulullah ﷺ) menyebutkan:
« الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ ». ثَلاَثًا « وَمَا مِنَّا إِلاَّ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ ».
“Beranggapan sial adalah kesyirikan, beranggapan sial adalah kesyirikan”. Beliau menyebutnya sampai tiga kali. Kemudian Ibnu Mas’ud berkata, “Tidak ada yang bisa menghilangkan sangkaan jelek dalam hatinya. Namun Allah-lah yang menghilangkan anggapan sial tersebut dengan tawakal.” (HR Abu Daud: 3910 dan Ibnu Majah: 3538. Syaikh Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Hadis yang mulia ini secara gamblang menafikan seluruh bentuk keyakinan terhadap waktu-waktu yang dianggap membawa kesialan. Ini adalah pengingat penting bagi setiap Muslim bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak Allah, dan tidak ada satu pun makhluk atau waktu yang memiliki kekuatan untuk mendatangkan kebaikan atau keburukan tanpa izin-Nya. Kekuatan untuk menghilangkan anggapan sial terletak pada tawakal dan kepercayaan penuh kepada Allah.
Muharram: Bulan yang Dimuliakan dan Penuh Keberkahan
Jauh dari anggapan sial, bulan Muharram justru merupakan salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan oleh Allah SWT. Keempat bulan haram tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Di bulan-bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk lebih giat dalam beribadah dan menjauhi kemaksiatan.
Kemuliaan bulan Muharram juga terlihat dari anjuran untuk memperbanyak amal saleh di dalamnya, salah satunya adalah berpuasa. Rasulullah ﷺ bersabda, “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa di bulan Allah, Muharram.” (HR Muslim). Ini menunjukkan bahwa Muharram adalah bulan yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak ketaatan kepada Allah, bukan untuk berpangku tangan karena ketakutan yang tidak berdasar.
Anggapan sial terhadap bulan Muharram ini kemungkinan besar berasal dari tradisi dan kepercayaan pra-Islam yang tidak ada sangkut pautnya dengan ajaran murni. Islam datang untuk menghapus segala bentuk takhayul dan khurafat, serta membimbing umatnya menuju pemahaman yang benar tentang tauhid (keesaan Allah) dan tawakal.
Pentingnya Meluruskan Pemahaman
Meluruskan pemahaman tentang bulan Muharram ini sangatlah krusial. Keyakinan akan adanya bulan sial dapat menghambat produktivitas, menghalangi kesempatan, dan bahkan merusak akidah seseorang. Seorang Muslim sejati haruslah senantiasa berprasangka baik kepada Allah dan meyakini bahwa setiap waktu adalah baik untuk berbuat kebaikan, asalkan sesuai dengan syariat.
Oleh karena itu, mari kita tinggalkan segala bentuk keyakinan yang menyimpang dan kembali kepada ajaran Islam yang murni. Isilah bulan Muharram ini dengan amal saleh, peningkatan ibadah, dan optimisme dalam memulai setiap aktivitas. Pernikahan, memulai usaha, atau pindah rumah adalah bagian dari sunnatullah dan dapat dilakukan kapan saja selama tidak bertentangan dengan syariat dan diniatkan untuk kebaikan.
Semoga Allah SWT senantiasa menjaga hati kita dari keyakinan yang menyimpang dan membimbing kita untuk mengisi bulan yang mulia ini dengan amal dan keberkahan. Amin ya Rabbal ‘alamin.
Allāhu Ta‘ālā a‘lam bish-shawāb.