• Kabar
  • Fakta Islam
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Unik

Topik Populer

  • Palestina
  • Dakwah
  • Perang Dagang

Ikuti kami

  • 12.8k Fans
  • 1.3k Followers
  • 2.4k Followers
  • 7.1k Subscribers
Pasmu
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
KONTRIBUSI
ArtMagz
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • Kabar
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Islam
  • Khutbah
Home Sejarah

VOC Sukses Besar dengan Perkebunan, Indonesia Gagal meski Kaya Tambang

Marjoko oleh Marjoko
4 bulan yang lalu
in Sejarah
0
8
SHARES
18
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
[post-views]

Meski zaman telah berubah drastis, kisah sukses Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau Perusahaan Hindia Timur Belanda tetap menjadi pelajaran penting bagi dunia bisnis modern. Didirikan pada tahun 1602, VOC dikenal sebagai perusahaan pertama di dunia yang menerbitkan saham dan memperdagangkannya secara publik. Namun yang paling mencengangkan: valuasi VOC pernah mencapai sekitar US$ 8 triliun (dalam penyesuaian nilai inflasi saat ini), menjadikannya perusahaan paling bernilai sepanjang sejarah.

Yang lebih menarik lagi, VOC tidak bergerak di sektor teknologi atau energi seperti perusahaan-perusahaan raksasa saat ini. Fokus utamanya justru pada komoditas perkebunan, seperti rempah-rempah: pala, cengkeh, lada, hingga kayu manis. Produk-produk ini diangkut dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia, lalu dijual dengan harga tinggi di Eropa yang kala itu sedang mengalami “demam rempah”.

Kunci keberhasilan VOC terletak pada penguasaan rantai pasok global, kekuatan logistik, serta perlindungan dari negara. VOC bukan hanya berdagang, tetapi juga memiliki kekuatan militer, mencetak uang sendiri, dan mampu melakukan perjanjian politik. Ini menjadikannya bukan sekadar korporasi, melainkan sebuah entitas setengah negara.

VOC: Monopoli Dagang di Atas Derita Kolonial

VOC bukan kisah bisnis biasa. Ia adalah mesin kapitalisme awal yang sangat kuat, perusahaan yang memiliki tentara, mencetak uang sendiri, dan mewakili kepentingan imperialisme Belanda. Dengan menguasai rantai pasok rempah-rempah, pala, cengkeh, lada, dan kayu manis, dari Maluku dan wilayah lain di Nusantara, VOC menjualnya dengan harga selangit di pasar Eropa.

Related Post

Milad ke-113 Muhammadiyah, Angkat Tema “Memajukan Kesejahteraan Bangsa”

1 Oktober 2025
Muslim, Takmir Musholla Al-Furqon Muhammadiyah, berfoto bersama Pimpinan Takmir Masjid Ar-Royyan Muhammadiyah Buduran.

Tanpa Ceramah, Cuma Makan Gratis: Masjid 6 Bulan Ini Bikin Muhammadiyah ‘Berguru’

30 September 2025

Obsesi vs Work-Life Balance: Mengapa Orang Hebat Justru Hidup Tidak Seimbang

30 September 2025

Mindfulness: Cara Sederhana Menghargai Hidup di Tengah Hiruk Pikuk Zaman

29 September 2025

Startup Teknologi: Sumber Nilai yang Berbeda

Bandingkan dengan perusahaan bernilai tinggi saat ini, yang justru tidak memiliki SDA fisik. Beberapa unicorn dan decacorn global saat ini menorehkan angka fantastis, seperti ByteDance (TikTok): US$225 miliar, SpaceX: US$180 miliar, OpenAI: US$80+ miliar, Stripe: US$65 miliar, Canva: US$26 miliar. Model bisnis mereka berbasis pada inovasi, teknologi, dan pemanfaatan data. Mereka tidak menjual rempah atau tambang, tapi ide, algoritma, dan solusi digital yang bisa digunakan secara global.

Indonesia: SDA Melimpah, Tapi Nilai Tambah Rendah

Meskipun APBN 2025 meningkat berkat ekspor kelapa sawit, batu bara, nikel, dan produk SDA lainnya, tantangan besar masih membayangi: kebocoran tata kelola, korupsi, dan ketergantungan pada ekspor bahan mentah. “Kita belum beranjak jauh dari masa lalu. Kita ekspor nikel mentah, lalu impor kembali dalam bentuk baterai atau mobil listrik. Tanpa hilirisasi, nilai tambah besar justru dinikmati negara lain.

Kita harus belajar dari sejarah, terutama dari kisah VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Perusahaan dagang Belanda ini hanya mengandalkan sektor perkebunan dan rempah-rempah, namun berhasil mencapai valuasi setara USD 8 triliun—menjadikannya perusahaan paling bernilai sepanjang masa.

Ironisnya, Indonesia yang hari ini menguasai sendiri sektor-sektor strategis seperti tambang, energi, dan perkebunan, justru belum mampu menghadirkan kemakmuran merata bagi rakyatnya. Kekayaan alam yang melimpah malah sering kali menjadi kutukan, bukan berkah. Hasil tambang dan eksploitasi sumber daya justru memperparah kerusakan lingkungan, memperbesar kesenjangan, dan memperkuat oligarki, bukan memperkuat daya saing bangsa.

Menutup Luka Sejarah dengan Masa Depan yang Adil

Valuasi VOC yang fantastis memang tercatat dalam sejarah, tapi dibayar dengan penderitaan. Kini, Indonesia punya peluang emas untuk menulis ulang narasinya: bukan sebagai negeri kaya yang kekayaannya dinikmati asing, tapi sebagai negara berdaulat yang mengelola SDA untuk kesejahteraan seluruh rakyat.

Jika sejarah VOC adalah kisah monopoli atas Nusantara, maka masa depan Indonesia harus menjadi kisah distribusi adil, inovasi berkelanjutan, dan kekayaan yang benar-benar menjadi milik bangsa sendiri untuk kemakmuran Masyarakat.

Donation

Buy author a coffee

Donate
Share3Tweet2Share1
Marjoko

Marjoko

Related Posts

Kabar

Milad ke-113 Muhammadiyah, Angkat Tema “Memajukan Kesejahteraan Bangsa”

oleh Yogi Arfan
1 Oktober 2025
Muslim, Takmir Musholla Al-Furqon Muhammadiyah, berfoto bersama Pimpinan Takmir Masjid Ar-Royyan Muhammadiyah Buduran.
Kabar

Tanpa Ceramah, Cuma Makan Gratis: Masjid 6 Bulan Ini Bikin Muhammadiyah ‘Berguru’

oleh Muslim Notonegoro
30 September 2025
Opini

Obsesi vs Work-Life Balance: Mengapa Orang Hebat Justru Hidup Tidak Seimbang

oleh Marjoko
30 September 2025
Next Post

Tel Aviv atau Teheran? Keputusan Trump Bisa Hancurkan Stabilitas Dunia!

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Milad ke-113 Muhammadiyah, Angkat Tema “Memajukan Kesejahteraan Bangsa”

1 Oktober 2025

Lho, Kok Bisa? McD Kosong, Almas Ramai! Bukan karena Rasa, tapi Soal Value

8 Juni 2025
Foto: PDA Kota Pasuruan

Pemotongan Tumpeng Menandai Peresmian Gedung Sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal 3 Tembokrejo

1 Juni 2025

Milad ke-113 Muhammadiyah, Angkat Tema “Memajukan Kesejahteraan Bangsa”

1 Oktober 2025
Muslim, Takmir Musholla Al-Furqon Muhammadiyah, berfoto bersama Pimpinan Takmir Masjid Ar-Royyan Muhammadiyah Buduran.

Tanpa Ceramah, Cuma Makan Gratis: Masjid 6 Bulan Ini Bikin Muhammadiyah ‘Berguru’

30 September 2025

Obsesi vs Work-Life Balance: Mengapa Orang Hebat Justru Hidup Tidak Seimbang

30 September 2025
Ilustrasi Mindfulness by Gemini AI

Mindfulness: Cara Sederhana Menghargai Hidup di Tengah Hiruk Pikuk Zaman

29 September 2025

© 2025 PasMu - Media Pencerahan

Navigate Site

  • Home
  • Privacy Policy
  • Tentang Kami

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

PasMU cerdas

PasMU Cerdas adalah kecerdasan buatan (AI) yang siap membantu kamu menjawab pertanyaan seputar Islam. Tapi perlu diketahui bahwa jawaban yang kami berikan belum tentu 100% benar.

No Result
View All Result
  • Kabar
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Islam
  • Khutbah

© 2025 PasMu - Media Pencerahan