Selama ini kita sering menganggap keberuntungan sebagai sesuatu yang datang dari langit, misterius, tak terduga, dan di luar kendali manusia. Tapi bagaimana kalau keberuntungan sebenarnya bisa diciptakan? Bagaimana kalau ternyata ia bukan kekuatan mistis, melainkan hasil dari cara berpikir dan bertindak yang bisa dilatih?
Pemikiran itu bukan omong kosong. Richard Wiseman, profesor psikologi dari University of Hertfordshire, melakukan riset menarik tentang “luck”. Ia mengumpulkan dua kelompok orang: yang merasa dirinya beruntung dan yang merasa hidupnya sial. Kedua kelompok ini diberi situasi sama, sebuah kafe di mana ada uang yang sengaja dijatuhkan di lantai. Hasilnya mengejutkan, mereka yang merasa dirinya beruntung lebih sering menemukan uang itu. Padahal lingkungannya sama. Artinya, perbedaannya bukan pada situasi, tapi pada cara pandang dan kepekaan terhadap peluang.
Wiseman menemukan bahwa orang beruntung cenderung lebih terbuka pada pengalaman baru, lebih mudah berinteraksi dengan orang lain, dan berani mengambil risiko kecil untuk mencoba hal-hal yang belum dikenal. Singkatnya, keberuntungan ternyata adalah pola pikir aktif: melihat, mendekati, dan menjemput peluang.
Hal yang sama juga disampaikan oleh pengusaha dan pemikir modern Naval Ravikant. Ia membagi keberuntungan menjadi tiga jenis. Pertama, dumb luck, keberuntungan acak yang tak bisa dikendalikan, seperti lahir di keluarga kaya atau menang undian. Kedua, luck from motion, keberuntungan yang muncul karena kita bergerak. Ketika seseorang aktif mencoba hal baru, menulis, membuat konten, menghadiri acara, atau menjalin relasi, ia sedang meningkatkan probabilitas “ketemuan” dengan peluang. Ketiga, unique luck magnet, keberuntungan yang datang karena keunikan. Saat seseorang punya keahlian atau karakter yang spesifik, ia menciptakan medan magnet bagi peluang yang cocok dengannya.
Contohnya nyata. Seorang kreator dari Thailand, “23 Mania”, memulai dengan kecintaan sederhana pada basket. Mereka konsisten membuat konten NBA dalam bahasa Thailand selama bertahun-tahun. Tanpa disangka, usaha itu menarik perhatian NBA secara global. Mereka diundang ke acara resmi, mendapat akses ke pemain-pemain besar, bahkan bisa bekerja sama langsung dengan liga basket terbesar dunia. Dari mana datangnya keberuntungan itu? Dari kerja keras dan keunikan yang terus diasah, persis seperti konsep unique luck magnet.
Pelajaran yang sama juga muncul dari banyak orang yang awalnya tidak punya “dumb luck”. Tidak lahir di keluarga kaya, tidak punya koneksi besar, tetapi perlahan menciptakan keberuntungan lewat motion. Misalnya, seseorang yang menulis blog kuliner dengan konsisten. Awalnya hanya hobi, tapi dari situ datang undangan dari restoran, brand, hingga lembaga pariwisata luar negeri. Keberuntungan muncul bukan karena nasib berubah, melainkan karena upaya yang terus dilakukan membuka jalan baru.
Wiseman bahkan mengembangkan “sekolah keberuntungan” untuk membuktikan bahwa keberuntungan bisa dilatih. Pesertanya diminta melakukan empat hal sederhana selama sebulan: berbicara dengan orang asing, mengambil rute berbeda menuju tempat kerja, menuliskan intuisi mereka setiap hari, dan mengubah cara pandang terhadap kegagalan menjadi pelajaran. Hasilnya, 80% peserta merasa hidup mereka jadi lebih beruntung. Ketika seseorang melatih keterbukaan, rasa ingin tahu, dan keberanian, peluang baru benar-benar lebih sering muncul.
Intinya sederhana, keberuntungan bukan hadiah semesta untuk segelintir orang istimewa, melainkan hasil dari kebiasaan berpikir dan bertindak yang aktif. “Luck is not a mystical force. It’s a statistical probability that you can tilt in your favor.” Semakin banyak kita bergerak, belajar, dan membuka diri, semakin besar kemungkinan peluang menghampiri kita.
Di zaman digital sekarang, menciptakan keberuntungan lebih mudah dari sebelumnya. Dulu untuk dikenal publik seseorang harus masuk TV atau jadi selebriti, sekarang cukup bermodal ponsel dan internet. Dunia maya membuka peluang yang sama besar bagi siapa pun yang mau beraksi.
Keberuntungan hanyalah nama lain dari momentum. Seperti kata Ali Abdaal, “Luck is momentum built by consistent action.” Momentum itu tidak akan datang pada orang yang diam. Ia datang kepada mereka yang terus belajar, berkembang, dan berani mencoba. Jadi berhentilah menunggu keberuntungan datang. Bangun sendiri keberuntunganmu lewat rasa ingin tahu, keberanian, dan konsistensi. Karena pada akhirnya, keberuntungan bukan soal siapa yang paling mujur, tapi siapa yang paling siap ketika peluang datang mengetuk.












