Pasuruan, 5 Oktober 2025 – Kajian Subuh yang disampaikan oleh Ustadz Anang Abd Malik di Masjid Al Kautsar Tapaan membahas tentang pentingnya menjaga hidayah Allah, bahaya ideologi komunisme yang menolak Tuhan, dan fungsi akal manusia yang harus dilengkapi dengan wahyu (Al-Qur’an).
1. Kisah D.N. Aidit dan Bahaya Hidayah yang Dicabut
Ustadz Anang mengambil contoh perjalanan hidup D.N. Aidit, pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI), untuk menunjukkan bahwa hidayah itu mahal dan tidak kekal:
Awal Kehidupan: Aidit awalnya adalah seorang pemuda yang dekat dengan agama, rajin mengaji, dan diskusinya tentang agama (Islam).
Perubahan di Kota Besar: Setelah pindah ke Jakarta, pergaulan, bacaan, dan gaya hidup Aidit berubah drastis. Bukunya bukan lagi tentang agama, melainkan tentang Marxisme-Leninisme. Ia mulai berdiskusi tentang politik dan bukan lagi tentang salat.
Perubahan Ideologi: Aidit berpandangan bahwa agama itu “jadul” (kuno) dan merupakan “perusahaan pikiran” (candu). Ia percaya PKI harus cepat mengambil alih kekuasaan dan menjadikan Indonesia negara komunis, yang puncaknya adalah meletusnya G30S PKI.
Akhir Hidup Tanpa Tuhan: Ketika Aidit melarikan diri ke Jawa Tengah setelah G30S, ia tidak beristighfar atau berdoa kepada Tuhan. Ia justru tetap berpidato dan berceramah tentang politik.
Pesan Utama: Kisah ini menjadi pelajaran bahwa hidayah itu mahal dan tidak ada jaminan orang yang sudah paham betul agama akan terus mendapatkannya. Hidayah adalah anugerah Allah yang harus terus dijaga dan dipertanggungjawabkan.
2. Ganasnya Komunisme dan Kewajiban Umat Islam
Komunisme dianggap sebagai ideologi yang sangat berbahaya karena menolak keberadaan Tuhan (ateis), yang berimplikasi pada moralitas manusia:
Keganasan Komunis: Sejarah mencatat kekejaman komunis, termasuk pembantaian para jenderal, ulama, dan ribuan jiwa lainnya. PKI berulang kali mencoba melakukan kudeta demi menjadikan Indonesia negara komunis.
Ketiadaan Dosa: Orang yang tidak bertuhan (ateis) akan berbuat jahat, mengambil hak orang lain (korupsi), atau merampas kekayaan tanpa merasa berdosa karena tidak ada pertanggungjawaban di mata mereka.
Kewajiban: Umat Islam wajib berupaya mendekatkan diri dan keluarga kepada Allah, serta mengingatkan kerabat dan sahabat untuk mempertahankan agama dari ancaman ideologi komunis yang terus berupaya.
3. Batasan Akal dan Kesempurnaan Wahyu (Al-Qur’an)
Ustadz Anang menjelaskan bahwa akal dan hati manusia memerlukan petunjuk dari Allah agar berfungsi dengan baik:
Komponen Otak (Prefrontal Cortex): Di otak manusia terdapat komponen kompleks yang berfungsi untuk menganalisis, mengatur emosi, dan mengambil keputusan. Ketika komponen ini rusak, manusia bisa berperilaku seperti binatang.
Keterbatasan Akal: Tidak semua persoalan hidup manusia dapat diselesaikan oleh akal semata. Jika akal mampu menyelesaikan seluruh persoalan hidup, Allah tidak perlu menurunkan Al-Qur’an.
Fungsi Al-Qur’an: Al-Qur’an diturunkan untuk menjawab persoalan-persoalan yang akal manusia tidak mampu jangkau atau selesaikan. Wahyu adalah rahmat (kasih sayang) Allah yang melengkapi fitrah manusia.
Dalam kajian ini, Ustadz Anang menyampaikan sebuah ayat Al-Qur’an yang menyandingkan manusia yang tidak menggunakan akal/hati dengan baik dengan binatang:
“ولقد ذرأنا لجهنم كثيرا من الجن والإنس لهم قلوب لا يفقهون بها ولهم أعين لا يبصرون بها ولهم آذان لا يسمعون بها أولئك كالأنعام بل هم أضل أولئك هم الغافلون”
Artinya:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka) Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Surah Al-A’raf [7]: Ayat 179).
Editor: Marjoko