BATU, Jawa Timur – Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II Majelis Tabligh Muhammadiyah di Batu, Jawa Timur, pada Jumat (24/10/2025), menjadi forum strategis yang mempertemukan elemen masyarakat dan pemerintah. Acara yang dihadiri oleh pimpinan wilayah Muhammadiyah, serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batu, Bapak Nurrochman, ini menjadi landasan sinergi dalam membangun peradaban berbasis spiritualitas dan ekonomi kerakyatan.
Dua pembicara kunci, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Haji Setiawan Ichlas, dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH. Saad Ibrahim, M.A., menyampaikan pandangan yang saling melengkapi tentang masa depan bangsa.
Stafsus Presiden: Ekonomi Kerakyatan Wujudkan *Asta Cita
Haji Setiawan, dalam sambutan yang dibacakan, menyampaikan salam hangat dari Presiden Prabowo Subianto dan menegaskan pentingnya implementasi Asta Cita melalui pembangunan ekonomi.
“Pembangunan ekonomi Indonesia tidak boleh hanya bertumpu pada segelintir pihak, melainkan harus berakar pada kekuatan rakyat, semangat ekonomi kerakyatan,” ujar Haji Setiawan, yang menyebut bahwa roh perjuangan bangsa harus berpijak pada nilai-nilai Pancasila.
Beliau menekankan perlunya sinergi dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan elemen penunjang lainnya. Ekonomi kerakyatan menjadi agenda strategis untuk memastikan pembangunan dinikmati secara merata.
“Potensi ini harus dikelola dengan kebijakan ekonomi yang berkeadilan, memperkuat UMKM, mendorong industri nasional… Dengan demikian, Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi menjadi produsen yang berdaulat di negerinya sendiri,” tegasnya, seraya mengajak seluruh peserta menyongsong Indonesia Emas 2045.
Masjid Berkemajuan sebagai Pusat Ilmu dan Kesejahteraan
Sementara itu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. KH Saad Ibrahim, M.A., memberikan apresiasi terhadap tema Rakernas, yaitu “Masjid Berkemajuan sebagai pusat gerakan ilmu, dakwah, dan kesejahteraan umat.”
Beliau mengaitkan tema tersebut dengan dua hal fundamental dalam Islam: Iqra’ dan Masjid.
- *Dimensi *Iqra’ dan IPTEK:* Dr. Saad Ibrahim menafsirkan wahyu pertama, *Iqra’ bismirabbikalladzi khalaq, bukan hanya sebagai literasi biasa, tetapi sebagai fondasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Masjid harus menjadi basis bagi dunia literasi (M-Literasi) yang menghasilkan kemajuan.
 - *Dimensi *Masjid dan Kesejahteraan:* Mengutip Hadis Nabi yang menyatakan seluruh permukaan bumi adalah masjid (*masjidan wathahūr), beliau menekankan bahwa masjid (tempat sujud) harus dihubungkan dengan dimensi teologis untuk mencari Risqi Rabbī (Rezeki dari Tuhan) bagi seluruh umat.
 
Ia juga berbagi pengalaman saat meninjau pembangunan Masjid Yokohama di Jepang, di mana harga tanah dan pembangunan mencapai puluhan miliar rupiah. Pengalaman ini menunjukkan pentingnya membangun icon-icon Islam sebagai simbol kekuatan umat, bahkan di negara maju.
“Maka ini bagi Indonesia ini [Masjid Berkemajuan] penting. Kesejahteraan bangsa masih ada persoalan,” kata Dr. Saad, menegaskan bahwa basis Ketuhanan Yang Maha Esa harus menjadi landasan gerak untuk menolong bangsa.
Acara Rakernas ini diharapkan dapat menghasilkan komitmen yang ditolong oleh Allah S.W.T. untuk segera membawa Indonesia membasiskan pada risqi rabbī dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Turut hadir dalam acara ini adalah Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustadz Dr. H. Adi Hidayat, Lc., M.A., yang sebelumnya juga telah menyampaikan pidato mengenai pentingnya umat terbaik.
			
			










