Pasuruan, 30 Oktober 2025, Sholat bukan sekadar ritual penggugur kewajiban, melainkan sebuah instrumen spiritual dan sosial yang memiliki dampak fundamental dalam membentuk karakter seorang Muslim.
Hal ini ditegaskan oleh Ustadz Dadang Prabowo dalam ceramahnya yang bertajuk “Dampak Sholat dalam Membentuk Pribadi Muslim yang Berkualitas” di Masjid At-Taqwa, Jagalan, Kota Pasuruan, pada Kamis malam (30/10/2025).
Di hadapan para jamaah, Ustadz Dadang menekankan bahwa sholat adalah pintu utama untuk meraih kecintaan dan perlindungan (hidayah) dari Allah SWT, yang akan menjaga seorang hamba dari segala perbuatan keji dan mungkar.
Tiang Agama dan Tameng Kemungkaran
Ustadz Dadang memulai ceramahnya dengan menegaskan kedudukan sholat sebagai amal teragung yang dicintai Allah, selain amal wajib lainnya. Ia mengutip sabda Rasulullah SAW, “Sholat adalah tiang agama. Barangsiapa menegakkannya, maka ia menegakkan agama. Dan barangsiapa meninggalkannya, maka ia meruntuhkan agama.
”Bahkan, menurutnya, ancaman bagi yang meninggalkan sholat sangatlah tegas, merujuk pada hadits yang menyatakan bahwa sholat adalah perjanjian antara Muslim dan non-Muslim.Poin sentral yang diangkat adalah fungsi sholat sebagai penangkal moral. Merujuk pada QS. Al-Ankabut: 45, beliau menjelaskan, “Dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”
Ia menyoroti, sholat yang khusyuk harusnya mampu membentengi pelakunya dari godaan dosa di luar masjid.
Empat Pilar Karakter yang Dibentuk Sholat
Ustadz Dadang merinci empat dampak praktis sholat dalam membentuk pribadi Muslim yang berkualitas:
1. Menjaga Kebersihan Lahir dan Batin (Tazkiyatun Nufus)
Sholat mensyaratkan bersuci (wudhu), yang melatih kebersihan badan, pakaian, dan tempat. Namun, kebersihan yang dimaksud bersifat komprehensif, mencakup kebersihan batin dari penyakit hati seperti syirik, dengki, dan iri hati.
Ustadz Dadang menyayangkan realitas bahwa nilai kebersihan ini belum sepenuhnya terinternalisasi, tercermin dari masalah kebersihan lingkungan yang masih sering dijumpai. “Iman harus terwujud dalam kehidupan nyata, dimulai dari membuang sampah pada tempatnya,” tegasnya.
2. Membentuk Kesadaran Muraqabah
Sholat merupakan momen terdekat hamba dengan Tuhannya, terutama saat sujud. Kualitas sholat akan membawa seseorang pada level ihsan, yaitu beribadah seolah melihat Allah, atau yakin bahwa Allah melihat kita. Keyakinan inilah yang melahirkan muraqabah, yaitu kesadaran dan perasaan selalu diawasi Allah SWT di setiap waktu dan tempat. Hal ini didukung oleh firman Allah dalam QS. Al-Hadid: 4 dan QS. Al-Mujadilah: 7.
Kisah santri yang gagal menyembelih ayam karena merasa diawasi Allah menjadi ilustrasi kuat akan hakikat muraqabah ini.
3. Melatih Disiplin Waktu yang Ketat
Setiap sholat fardhu telah ditetapkan waktunya secara spesifik. Ustadz Dadang menyoroti bahwa kedisiplinan waktu adalah kunci kesuksesan, baik di dunia maupun di akhirat. “Dalam Al-Qur’an, Allah banyak bersumpah dengan waktu (seperti Wal-‘Asr), menunjukkan betapa berharganya waktu. Bagi Muslim, waktu adalah iman dan amal saleh,” jelasnya.
Sholat mengajarkan umat Islam untuk patuh pada jadwal yang ketat dan tidak menunda-nunda amal.
4. Menumbuhkan Semangat Berjamaah dan Persatuan (Ukhuwah Islamiyah)
Sholat berjamaah di masjid menjadi simbol persatuan dan kekuatan kolektif umat Islam. Ustadz Dadang menyayangkan kondisi di era modern ini di mana ukhuwah islamiyah sering terkikis oleh sekat-sekat nasionalisme atau golongan. Ia mengingatkan bahwa ikatan yang sejati adalah aqidah dan taqwa, bukan suku atau bangsa. Ia mengutip hadits yang mewanti-wanti: “Berjama’ahlah kalian, karena sesungguhnya serigala itu hanya memakan domba yang jauh dari kawanannya,” menekankan bahwa pertolongan Allah selalu menyertai jamaah yang bersatu bagai satu bangunan kokoh.
Refleksi Akhir
Menutup ceramah, Ustadz Dadang mengajak jamaah Masjid At-Taqwa untuk melakukan evaluasi mendalam terhadap ibadah sholat masing-masing. “Apakah sholat kita telah berhasil membersihkan lahir batin kita? Mendisiplinkan waktu kita? Dan menguatkan persaudaraan kita?” tanyanya retoris.
Intinya, sholat yang benar harus menjadi motor penggerak untuk membentuk pribadi yang paripurna, tidak hanya saleh secara individual, tetapi juga mampu berkontribusi bagi kemaslahatan umat dan mencerminkan akhlak yang rahmatan lil ‘alamin.











