Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, M. Izzul Muslimin, S.IP., menyampaikan sebuah otokritik tajam mengenai kondisi Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di seluruh Indonesia. Menurutnya, di balik citra besar dan kekayaan yang sering disematkan oleh media, analisis data internal menunjukkan mayoritas AUM berada dalam kondisi biasa saja, bahkan memprihatinkan.
Pernyataan keras itu ia sampaikan dalam sambutannya di acara Bimbingan Teknis (Bimtek) untuk guru Muhammadiyah di Hotel Platinum Tunjungan, Surabaya, Rabu (10/9/2025). Izzul menyoroti tiga pilar utama AUM yang menjadi ciri khas persyarikatan: pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial.
Meskipun media kerap membranding Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terkaya di dunia, Izzul membeberkan hasil evaluasi internal yang jauh dari citra gemilang tersebut. Ia mengutip data resmi persyarikatan yang mencatat kepemilikan lebih dari 150 rumah sakit dan sekitar 177 Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA) secara nasional.
“Kita perlu memperbaiki diri. Amal Usaha Muhammadiyah-Aisyiyah secara nasional, anggap saja yang bagusnya itu 10 persen. Sisanya biasa-biasa saja, bahkan memprihatinkan. Ini kami yang di PP melihatnya dari analisa big data kami,” ungkap Izzul.
Ia menegaskan, meskipun Muhammadiyah adalah organisasi nirlaba, AUM harus dikelola dengan profesionalisme dan semangat untuk mencapai kualitas terbaik. Izzul mengutip Surah Ali Imran ayat 104 sebagai landasan teologis gerakan Muhammadiyah.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung,” kutipnya seraya menjelaskan. “Ini ayat dasar kita, harus berusaha memulai kebaikan. Sisi lain kita melihat ayat ini sebagai ‘keberuntungan’ dalam dunia dan akhirat.”
Izzul juga merujuk pada ayat selanjutnya, Surah Ali Imran ayat 110, yang menyebut umat Islam sebagai “umat terbaik” (khairu ummah). Menurutnya, status ini bukan sekadar anugerah, melainkan sebuah kewajiban untuk berprestasi.
“Dalam ayat tersebut tidak hanya beruntung, namun jadi umat terbaik. Artinya ada kewajiban lebih lagi,” tegasnya. “Kita jangan fokus siswa banyak, tapi juga kualitas. Kita perhatikan sekolah kita, rumah sakit kita, harus mencapai kualitas terbaik.”
Ia meyakini, jika kualitas AUM sudah terpenuhi, maka keuntungan-keuntungan duniawi seperti jumlah siswa atau pasien akan mengikuti dengan sendirinya.
Sebagai penutup, Izzul mengingatkan kembali pada sejarah pendirian persyarikatan, di mana K.H. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah lebih dulu sebelum meresmikan organisasi Muhammadiyah. “Itu berarti Muhammadiyah (sebagai organisasi) bukan tujuan utama, tapi (layanannya) yang kemudian berlanjut menjadi sekolah, rumah sakit, dan lainnya,” pungkasnya.
Rangkaian acara pembukaan kemudian ditutup dengan pembacaan ikrar yang diikuti oleh seluruh peserta. Berikut bunyi ikrar tersebut:
Bismillahirrahmanirrahim Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rasuulullah
Kami Peserta Diklat PM, KKA, dan PPK Berikrar:
- Mengikuti Diklat PM, KKA, dan PPK dengan aktif, tertib, disiplin, dan amanah.
- Meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran yang unggul dan berkemajuan dengan menerapkan PM, KKA, dan PPK pada sekolah/madrasah Muhammadiyah.
- Bersedia mendiseminasikan PM, KKA, dan PPK pada guru sekolah/madrasah Muhammadiyah.
Demikian ikrar kami, semoga Allah SWT meridai ikhtiar kami. Aamiin ya rabbal ‘alamin.
Selepas pembacaan ikrar, Bimbingan Teknis Pembelajaran Mendalam (PM), Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA), serta Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) secara resmi dibuka dengan bersama-sama mengucapkan lafaz basmalah.