Sebuah capaian penting kembali ditorehkan oleh Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Berdasarkan laporan terbaru dari Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Pusat (LP2 PP) Muhammadiyah tahun 2024, tercatat sebanyak 444 pesantren kini berada di bawah naungan organisasi yang berdiri sejak tahun 1912 itu. Angka ini menjadikan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam dengan jumlah pesantren terbanyak di Indonesia, melampaui berbagai ormas Islam lainnya, termasuk Nahdlatul Ulama (NU) yang selama ini dikenal luas memiliki basis pesantren yang kuat.
Capaian ini menjadi bukti konkret komitmen Muhammadiyah dalam memperkuat peran pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga menyiapkan generasi muda yang berwawasan luas, berakhlak mulia, dan mampu beradaptasi dengan tantangan zaman modern. Peningkatan jumlah pesantren tersebut bukan sekadar aspek kuantitatif, melainkan juga menunjukkan kualitas pengelolaan pendidikan yang semakin baik. Selain itu pesantren Muhammadiyah memiliki karakteristik holistik dan integratif, menggabungkan pendidikan agama, ilmu pengetahuan umum, serta pembentukan karakter.
Menurutnya, visi besar pesantren Muhammadiyah adalah melahirkan kader ulama dan pemimpin umat yang berwawasan Islam berkemajuan, yaitu Islam yang terbuka terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemajuan sosial tanpa kehilangan akar spiritual dan moralitas. Pesantren Muhammadiyah bukan hanya tempat menuntut ilmu agama, tetapi juga laboratorium sosial yang menyiapkan santri untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. Muhammadiyah ingin setiap lulusan mampu berkontribusi bagi masyarakat, baik di bidang pendidikan, ekonomi, maupun kemanusiaan.
Gerakan Muhammadiyah sejak awal berdirinya telah menempatkan pendidikan sebagai pilar utama dakwah dan pembaruan Islam. Dengan adanya ratusan pesantren yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, Muhammadiyah berupaya memperkuat sistem kaderisasi ulama dan cendekiawan Muslim yang mampu menjawab tantangan zaman modern. Kaderisasi ini dilakukan dengan pendekatan integratif, yakni menggabungkan nilai-nilai keislaman dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan praktis. Para santri tidak hanya dibekali kemampuan membaca kitab kuning, tetapi juga diperkenalkan dengan teknologi, literasi digital, kewirausahaan, serta kemampuan berpikir kritis dan analitis.
Konsep Islam berkemajuan yang diusung Muhammadiyah bukan berarti meninggalkan tradisi pesantren, tetapi justru mengembangkannya agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Santri Muhammadiyah diharapkan menjadi generasi yang cerdas, produktif, dan mampu berdialog dengan dunia modern tanpa kehilangan jati diri keislamannya. Hal ini sekaligus menjadi pembeda antara pesantren Muhammadiyah dengan lembaga pendidikan Islam lainnya, karena berupaya menyeimbangkan aspek spiritual, intelektual, dan sosial dalam proses pembelajarannya.
Dari ratusan pesantren yang ada, Muhammadiyah memiliki 32 pesantren unggulan yang menjadi model pengembangan pendidikan Islam modern. Beberapa di antaranya telah dikenal luas, seperti Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yang berdiri sejak 1918 dan telah melahirkan banyak tokoh nasional, serta Pesantren Al Mujahidin Balikpapan yang dikenal dengan pendekatan pendidikan terpadu berbasis teknologi. Selain dua pesantren tersebut, sejumlah pesantren unggulan lainnya juga terus berinovasi dalam sistem pengajaran. Beberapa mengembangkan kurikulum internasional dan program kewirausahaan santri, sementara yang lain fokus pada pengembangan riset keislaman dan sosial kemasyarakatan.
Dengan dukungan struktur kelembagaan yang kuat serta sinergi antara pesantren, universitas, dan sekolah Muhammadiyah di seluruh Indonesia, gerakan pendidikan Islam ini terus memperluas dampaknya. Banyak lulusan pesantren Muhammadiyah kini melanjutkan pendidikan tinggi di universitas dalam dan luar negeri, serta berperan aktif di berbagai bidang kehidupan publik.
Peningkatan jumlah pesantren Muhammadiyah juga memiliki dampak signifikan terhadap peta pendidikan nasional. Muhammadiyah kini bukan hanya dikenal melalui jaringan sekolah dan universitasnya yang mencapai ribuan unit, tetapi juga sebagai penggerak utama pendidikan Islam berbasis pesantren. Dengan 444 pesantren di seluruh Indonesia, Muhammadiyah berhasil menggabungkan sistem pendidikan modern dengan tradisi pesantren, menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif dan berorientasi masa depan.
Pesantren Muhammadiyah adalah bentuk nyata sinergi antara dakwah dan pendidikan. Membentuk manusia yang tidak hanya saleh secara pribadi, tetapi juga berdaya guna bagi masyarakat. Melalui pesantren-pesantren yang tersebar di berbagai daerah, Muhammadiyah terus berkomitmen melahirkan generasi berilmu, berakhlak, dan berkemajuan, sesuai dengan semangat pendirinya, KH Ahmad Dahlan, yang mengajarkan bahwa pendidikan adalah jalan utama menuju kemajuan umat dan bangsa.
			
			










