• Kabar
  • Fakta Islam
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Unik

Topik Populer

  • Palestina
  • Dakwah
  • Perang Dagang

Ikuti kami

  • 12.8k Fans
  • 1.3k Followers
  • 2.4k Followers
  • 7.1k Subscribers
Pasmu
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
KONTRIBUSI
ArtMagz
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • Kabar
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Islam
  • Khutbah
Home Opini

Dosa Finansial di Usia 20-an yang Akan Disesali di Usia 30-an

Marjoko oleh Marjoko
7 menit yang lalu
in Opini
0
0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
[post-views]

Gagasan bahwa usia 20-an adalah masa untuk mengejar kenyamanan hidup terdengar menggoda. Fase ini sering dianggap sebagai waktu untuk menikmati hasil kerja, memenuhi keinginan pribadi, dan hidup semau gue. Namun, menurut Prita Gozi, seorang pakar perencana keuangan, pandangan ini justru merupakan jebakan yang dapat membebani masa depan. Alih-alih fokus pada kenyamanan, usia 20-an justru harus menjadi landasan kokoh untuk menghadapi tanggung jawab yang lebih besar di dekade selanjutnya.

Prita, melalui podcast Suara Berkelas, membagi perjalanan finansial menjadi tiga fase utama: usia 20-an sebagai masa surviving (kerja untuk hidup), 30-an sebagai masa saving (stabilisasi dan menabung), dan 40-an sebagai masa playing (menikmati hasil). Kesalahan terbesar sering terjadi pada transisi dari fase pertama ke kedua. Di usia 20-an, banyak orang tergoda untuk membuktikan eksistensi melalui kepemilikan simbolis seperti kendaraan dengan cicilan panjang atau gaya hidup konsumtif. Mereka lupa bahwa kebiasaan ini akan mempersulit diri saat memasuki usia 30-an, di mana tanggungan hidup seperti keluarga dan anak mulai bermunculan.

Salah satu contoh konkret adalah fenomena “trauma generasi” dalam pengelolaan keuangan. Seseorang yang di usia mudanya terbiasa memenuhi semua keinginan tanpa perencanaan, cenderung menurunkan pola serupa kepada anak-anaknya. Mereka mengira bahwa memenuhi segala permintaan materi adalah bentuk kasih sayang, tanpa menyadari bahwa hal itu justru menciptakan siklus finansial yang tidak sehat. Anak-anak tumbuh dengan pemahaman keliru bahwa kebahagiaan identik dengan kepemilikan barang, yang pada akhirnya dapat membuat mereka terjebak dalam gaya hidup konsumtif.

Lebih berbahaya lagi ketika seseorang baru mampu membeli rumah di usia 30-an. Euphoria kepemilikan sering berujung pada keinginan untuk mengisi rumah tersebut dengan berbagai barang secara “gila-gilaan”. Padahal, keputusan finansial yang impulsif ini justru dapat menggerus tabungan dan meningkatkan beban utang. Seharusnya, seseorang perlu memahami terlebih dahulu gaya hidup dan kebutuhannya yang sesungguhnya sebelum melakukan pengeluaran besar. Sabar dan bijak dalam mengalokasikan dana adalah kunci agar rumah benar-benar menjadi aset penopang, bukan beban.

Related Post

foto ilutrasi: shutterstock

Hidup Serasa Melambat Saat Hampir Sukses? Ini Rahasia di Balik ‘Baterai Kehidupan’!

22 Oktober 2025
foto ilustrasi: shutterstock

Belajar Lebih Mudah ala Netflix, Cara Cerdas Membuat Otak Tidak Pernah Bosan Belajar

21 Oktober 2025 - Updated On 22 Oktober 2025

Kaizen: Perubahan Besar yang Dimulai dari Satu Menit

16 Oktober 2025

Cuma 3 Langkah Ini Bisa Bikin Kamu Kuasai Skill Apa Pun Tanpa Pernah Lupa!

16 Oktober 2025

Lalu, bagaimana seharusnya kita menyikapi fase 20-an? Pertama, prioritaskan pembentukan dana darurat. Penelitian menunjukkan bahwa memiliki dana darurat setara dengan tiga kali pengeluaran bulanan dapat mengurangi stres finansial dan membantu pengambilan keputusan yang lebih logis. Kedua, hindari utang konsumtif, terutama untuk barang-barang yang nilainya cepat menyusut seperti kendaraan. Ketiga, mulailah membiasakan diri menabung untuk masa pensiun sedini mungkin. Meski terasa jauh, kebiasaan menabung kecil yang konsisten akan lebih mudah daripada memaksakan menabung dalam jumlah besar di usia tua.

Prita juga menekankan pentingnya komunikasi finansial dalam keluarga, terutama bagi mereka yang berperan sebagai tulang punggung. Masalah seperti orang tua yang memiliki utang atau adik yang perlu dibiayai kuliah harus diselesaikan dengan duduk bersama dan mengevaluasi kondisi keuangan secara objektif. Angka tidak pernah berbohong, dan dengan data yang jelas, keluarga dapat mencari solusi bersama tanpa merasa terbebani secara emosional.

Pada akhirnya, kesuksesan finansial tidak melulu tentang seberapa besar penghasilan, tetapi tentang sebijak apa kita mengelolanya. Usia 20-an adalah masa investasi bagi masa depan, bukan hanya investasi uang, tetapi juga investasi kebiasaan, disiplin, dan pola pikir. Menghindari zona nyaman hari ini mungkin terasa berat, tetapi percayalah, hasilnya akan terasa ketika kita memasuki usia 30-an dan 40-an dengan beban yang lebih ringan dan hati yang lebih tenang. Jangan jadikan usia muda sebagai alasan untuk bersenang-senang, tetapi jadikan ia sebagai fondasi untuk kehidupan yang lebih sejahtera.

Donation

Buy author a coffee

Donate
Topik: keuanganselfdevelopmentselfupadte
ShareTweetShare
Marjoko

Marjoko

Seorang pecinta tulisan, pengulik desain grafis, and Good Daddy in every universe.

Related Posts

foto ilutrasi: shutterstock
Opini

Hidup Serasa Melambat Saat Hampir Sukses? Ini Rahasia di Balik ‘Baterai Kehidupan’!

oleh Marjoko
22 Oktober 2025
foto ilustrasi: shutterstock
Kabar

Belajar Lebih Mudah ala Netflix, Cara Cerdas Membuat Otak Tidak Pernah Bosan Belajar

oleh Marjoko
21 Oktober 2025 - Updated On 22 Oktober 2025
Opini

Kaizen: Perubahan Besar yang Dimulai dari Satu Menit

oleh Marjoko
16 Oktober 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

LAZISMU Jadi Saksi Cinta Sejati: Pria Ini Menikah dari Atas Ranjang Rumah Sakit

9 Oktober 2025

SD MuCES: Wujud Pendidikan Dasar Islami, Kreatif, dan Berkarakter di Era Digital

14 Oktober 2025
prosesi syahadad, foto: istimewa

Erwin Adi Nugroho Resmi Memeluk Islam di Masjid Darul Arqom Pasuruan

17 Oktober 2025
Foto: Jogo Kota Pasuruan Aman/Wildan

300 Warga dan Kader Muhammadiyah Kota Pasuruan Ikuti Istighosah “Jogo Kota Pasuruan Aman”

13 Oktober 2025

Dosa Finansial di Usia 20-an yang Akan Disesali di Usia 30-an

28 Oktober 2025

Pengajian Ahad Pagi: Ibunda Emilis Setiowati Bahas Zoonosis, Penyakit dari Hewan ke Manusia

27 Oktober 2025

Muhammadiyah Jadi Organisasi dengan Pesantren Terbanyak di Indonesia

26 Oktober 2025

Bakhtiarin Perihatin Terpilih sebagai Ketua IGABA Kota Pasuruan Periode 2024-2029 dalam Musyda II

25 Oktober 2025

© 2025 PasMu - Media Pencerahan

Navigate Site

  • Home
  • Privacy Policy
  • Tentang Kami

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

PasMU cerdas

PasMU Cerdas adalah kecerdasan buatan (AI) yang siap membantu kamu menjawab pertanyaan seputar Islam. Tapi perlu diketahui bahwa jawaban yang kami berikan belum tentu 100% benar.

No Result
View All Result
  • Kabar
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Islam
  • Khutbah

© 2025 PasMu - Media Pencerahan