• Kabar
  • Fakta Islam
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Video

Topik Populer

  • Palestina
  • Dakwah
  • Perang Dagang

Ikuti kami

  • 12.8k Fans
  • 1.3k Followers
  • 2.4k Followers
  • 7.1k Subscribers
Pasmu
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
KONTRIBUSI
ArtMagz
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • Kabar
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Islam
  • AUM
Home Opini

Di Langit Kashmir, Tembakan Itu Bukan Lagi Milik Dua Negara

Marjoko oleh Marjoko
22 Mei 2025
in Opini
0
5
SHARES
11
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

“Allahu Akbar. Allahu Akbar. Lailahailla Allah.”
Seruan itu menggema lagi di langit Kashmir, tapi bukan dari menara masjid. Ia tercampur dalam gemuruh jet tempur dan gelegar rudal yang menembus batas negara dan harga diri. Dunia kembali menoleh ke dua negara tetangga bersenjata nuklir: India dan Pakistan. Namun, ada yang berbeda kali ini. Konflik ini bukan hanya tentang dua negara. Ia adalah pentas global yang disusupi aktor ketiga—diam, tak bersenjata, tapi menguasai medan: Cina.

Konflik bersenjata yang meletus pada 7 Mei 2025, melalui Operasi Sindur oleh India dan kemudian dibalas dengan Operasi Byan Ulmarsus oleh Pakistan, membuka tabir lebih luas dari sekadar bentrokan klasik di wilayah Kashmir. India datang dengan kemewahan persenjataan Barat—Rafale dari Prancis, rudal Brahmos hasil kolaborasi Rusia-India, drone kamikaze dari Israel, dan kepercayaan penuh pada teknologi tinggi. Di sisi lain, Pakistan menjawabnya dengan taktik yang tampak sederhana namun sangat efisien: sistem tempur murah-meriah dari Cina.

Jet tempur JF-17 Thunder Block 3 dan J-10 buatan Cina, rudal PL-15, serta drone tempur Wing Loong 2 membuktikan bahwa keunggulan di medan perang tak lagi ditentukan oleh siapa yang punya perlengkapan paling mahal, tapi siapa yang bisa menghancurkan lebih banyak dengan biaya lebih sedikit. Dan di sinilah letak keunggulan Cina—ia tidak perlu menembakkan peluru untuk memenangkan perang. Ia cukup menjadi toko senjata murah dengan hasil yang mematikan.

Konflik kali ini menjadi duel diam-diam antara ekosistem alutsista premium ala Barat dan senjata fungsional ala Timur. Dan dalam duel itu, satu fakta mencuat ke permukaan: kemenangan kadang tidak datang dari yang terbaik, tapi dari yang cukup.

Related Post

No Content Available

Namun di balik parade teknologi ini, ada yang lebih menyayat: penderitaan rakyat Kashmir. Satu jet jatuh di langit Amritsar, lima lainnya tumbang di wilayah Pakistan, tetapi di tanah, masjid-masjid runtuh, sekolah tutup, dan warga sipil mengungsi. Perang modern boleh dibungkus dengan istilah “presisi”, tetapi presisi tidak berlaku di rumah-rumah yang hancur. Tidak di ruang kelas yang kosong. Tidak di jenazah anak-anak yang tak bersalah.

Tragedi juga terjadi di pasar saham. Ketika satu unit Rafale jatuh, bukan hanya kebanggaan India yang runtuh. Saham Dassault Aviation anjlok lebih dari 5%. Sebaliknya, saham perusahaan pertahanan Cina melonjak hingga 18%. Dunia menyaksikan, dan pasar merespons—karena pada akhirnya, perang bukan hanya soal ideologi, tapi juga soal ekonomi dan persepsi.

Gencatan senjata yang kemudian diumumkan seolah memberi harapan. Tapi mari kita jujur: ini bukan pertama kali India dan Pakistan menyepakati damai. Dan setiap kali, sejarah mencatat bahwa gencatan senjata itu tak lebih dari jeda untuk memuat ulang peluru.


Hari ini, Kashmir adalah panggung pertarungan tiga kutub global:

  • India dengan aliansi Barat dan Israel.
  • Pakistan dengan lengan bersenjata Beijing.
  • Dan rakyat Kashmir, yang lagi-lagi menjadi korban.

Cina tidak menembakkan rudal. Ia menanam pengaruh. Amerika Serikat tidak turun langsung, tapi menyuplai teknologi. Dan di tengah hiruk pikuk diplomasi, satu kebenaran mencuat: perang modern tidak selalu dimulai oleh peluru. Ia bisa dimulai oleh kontrak, oleh ekspor drone, oleh pengaruh ekonomi.

Gencatan senjata boleh dideklarasikan. Tapi kepercayaan? Itu masih barang langka di perbatasan India dan Pakistan. Dan selama ketidakpercayaan itu berkuasa, Kashmir akan terus bergetar—bukan karena doa, tapi karena ledakan.

Donation

Buy author a coffee

Donate
Topik: indiaopinipakistanperang
Share2Tweet1Share
Marjoko

Marjoko

Related Posts

No Content Available
Next Post

Pertumbuhan Umat Muslim di Italia: Antara Tantangan dan Daya Tahan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recommended

Alka Band Pembuka Acara Silaturahim Balappan 2025

11 Mei 2025

Diskusi Sambil Ngopi, Majelis Pustaka dan Informasi Bersama AMM Lahirkan Platform Digital “PasMU”

9 Mei 2025
Foto: Wali Kota Pasuruan menyampaikan sambutan di Balappan 2025

Sambutan Walikota Pasuruan Adi Wibowo dalam Sinergi Membangun Kota Pasuruan bersama Muhammadiyah

11 Mei 2025
Foto: Pak Muhadjir Effendy menjadi narasumber di acara Balappan 2025

Membangun SDM Jadi Kunci Utama Majukan Kota Pasuruan, Muhadjir Effendy: Guru Tak Tergantikan oleh AI

11 Mei 2025
Foto: GOW Kota Pasuruan

Talk Show GOW Kota Pasuruan Bertajuk “PEREMPUAN DI ERA DIGITAL” 

24 Mei 2025

Pertumbuhan Umat Muslim di Italia: Antara Tantangan dan Daya Tahan

24 Mei 2025

Di Langit Kashmir, Tembakan Itu Bukan Lagi Milik Dua Negara

22 Mei 2025

Pendidikan Ordal dan Modal: Bisakah Mencetak Generasi Emas?

21 Mei 2025

© 2025 PasMu - Media Pencerahan

Navigate Site

  • Home
  • Privacy Policy
  • Tentang Kami

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

PasMU cerdas

PasMU Cerdas adalah kecerdasan buatan (AI) yang siap membantu kamu menjawab pertanyaan seputar Islam. Tapi perlu diketahui bahwa jawaban yang kami berikan belum tentu 100% benar.

No Result
View All Result
  • Kabar
  • Kajian
  • Opini
  • Sejarah
  • Fakta Islam
  • AUM

© 2025 PasMu - Media Pencerahan